"Oh, begitu."
"Ya, hitung-hitung kamu menyenangkan ibu dengan melakukan perintahnya. Tahu sendiri ibu seperti apa orangnya."
Aku ikut tertawa. Kalau membicarakan ibu, tidak pernah habis adanya. Selain kasih sayangnya yang begitu baik itu, ada hal-hal yang kurasa ibu selalu menganggap benar dan tidak boleh dibantah, meskipun didebat sedemikian rupa. Termasuk kebiasaan cabut gigi itu.
Waktu cepat berlalu dan sekarang aku sudah jadi lelaki dewasa. Kulihat di depan cermin, gigiku tumbuh seperti gigi kakak. Tidak ada lubang-lubang pada setiap gusi yang dulu giginya pernah tercabut oleh ibu.
Gigi bagian bawah tumbuh sempurna ke atas. Demikian sebaliknya, yang atas tumbuh sempurna ke bawah. Apakah karena aku melakukan perintah ibu itu?Â
Ah! Seandainya tidak kulakukan, kurasa ngiluku bisa bertambah parah karena ibu tidak memberiku uang jajan. Aku lebih memikirkan itu daripada perintah ibu yang tidak masuk akal itu.
...
Jakarta
26 Oktober 2021
Sang Babu Rakyat