Kau memegang tanganku yang gemetar. Kau pun tersenyum, seperti mengerti bahwa aku berhasil kau goda. Sebetulnya senyum itu bukan reaksiku atas ucapanmu, tetapi sebuah penegasan, bahwa kau memang berhasil belajar tulus dari Merpati itu.
Ya, aku ingat, hanya kau yang menungguku waktu teman-temanku sudah pergi meninggalkanku saat penguburan ayah. Dari jauh, kau mengenakan payung hitam dan berdiri, terus menyaksikanku meratapi batu nisan ayah.Â
Kau seperti tidak mau pergi. Entah, apa yang mendasari kelakuanmu itu. Apa kau sejak itu sudah jatuh cinta padaku? Aku ingin sekali bertanya, tetapi perasaan dan pikiranku sudah telanjur tenggelam dalam kenangan-kenangan indah bersama ayah.
Waktu aku gelisah menunggu ibu menghabiskan detik- detik terakhirnya karena sakit kanker payudara yang telah ia derita bertahun-tahun, kau pun ada.Â
Kau bertingkah layaknya kelinci, begitu jinak dan tanpa aku perintah, kau seperti ingin terus menenangkan perasaanku. Sesekali kau berusaha melemparkan sedikit lelucon garingmu untuk menghiburku. Kau pun tertawa kecil dan berupaya memasang wajah diimut-imutkan, seperti kelinci itu yang memang selalu imut. Aku tahu, kau bermaksud meringankan kesedihanku.
Kau tidak terlalu pandai bicara memang. Tetapi, dari caramu yang selalu ada untukku, aku begitu yakin, kau memang menyayangiku. Apakah betul, hanya karena menyayangi hewan, kau jadi terlatih menyayangi orang? Tidak perlu kuragukan lagi caramu menyayangi kelinci, Merpati, dan babi. Ya, babi.
Awalnya aku heran, mengapa kau perlakukan babi seperti anjing dan kucing, dipelihara dalam rumah, dan dibawa jalan-jalan ke taman sekaligus dipakaikan baju? Itu hal aneh di kota ini.
"Memang salah, saya pelihara babi dalam rumah?"
Tanyamu menggelikan. Aku bingung menjawab.
"Bukan salah. Tetapi, tidak biasa saja. Apa sih yang menarik dari memelihara babi? Mukanya saja menjijikkan. Hidungnya terbelah dua, besar lagi lubangnya. Makannya serakah, semua disikat. Bulu pun takada. Kalau buang kotoran, di mana-mana."
"Babi kan juga hewan. Perlu pula disayangi," katamu sambil mengelus Blacky, babi hitammu itu.