Saya semakin ke sini semakin membatasi basa-basi. Seperti tanya kabar, menyapa lewat salam, sok perhatian, dan sebagainya. Dalam rangka menjalin keakraban dengan pembaca, sungguh baik. Tetapi, kebanyakan jadi ternilai omong kosong.
Cerita keluar dari topik
Saya sangat berhati-hati dengan ini. Saya selalu membatasi kerangka tulisan seputar jawaban dari apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, dan di mana, atas satu masalah yang sedang dibahas.
Terkadang, saya pernah keluar topik. Malah, lebih banyak cerita dibanding masalah utama. Bukan membahas masalah lebih fokus, saya ternyata hanya bercerita di luar topik.
Jawab lengkap yang dapat disederhanakan
Ketika sekolah dasar, saya diajari guru untuk jawab lengkap waktu menjawab pertanyaan berbentuk uraian. Secara psikologis, saya suka ketika sudah ada kalimat tertulis meskipun jawaban masih samar. Apalagi ada guru yang memberi nilai bonus sebagai upah menulis.
Saya termasuk jengkel jika jawab lengkap tidak disederhanakan dalam tulisan saya. Kalimat yang telah diulas tidak perlu ditulis ulang hampir sama panjang.
Contoh:
Ayah makan bersama ibu di pasar. Setelah itu, ia membeli ikan dan pisang goreng. Mereka pulang sambil bergandengan tangan.
Versi jawab lengkap yang menjengkelkan saya:
Ayah makan bersama ibu di pasar. Setelah makan bersama ibu, ia membeli ikan dan pisang goreng. Ayah dan ibu pulang sambil bergandengan tangan.