Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

6 Kelebihan Mengunggah Cerita di "Story" Dibanding "Feed"

19 Juli 2021   09:12 Diperbarui: 19 Juli 2021   10:29 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun, terkadang satu dua penonton bertanya, mengapa mengunggah sesuatu perlu dua kali? Sekali bukannya cukup? Menyajikan sesuatu yang tidak baru karena sudah pernah dilihat sungguh kuranglah menarik. Tetapi, kembali lagi, itu hak tiap-tiap pengguna akun.

Saya sekarang lebih suka mengunggah apa pun lewat story. Feed tidaklah lebih sering dibanding story. Untuk penyebabnya sekaligus penjelasan perbedaan dari keduanya, berikut ulasannya.

Lebih privasi

Sebagian besar pengguna media sosial pasti sepakat bahwa story lebih privasi dibanding feed. Tiap mengunggah, unggahan akan tersembunyi dalam penampakan akun yang muncul dengan pertanda khusus di tampilan akun orang lain (semisal lingkaran berwarna).

Setiap orang yang ingin mengetahui unggahan, harus melakukan usaha dengan mengintip story kita. Tidak semua pula boleh mengakses. Terkadang, ada fitur yang mengatur story hanya bisa dilihat oleh teman dekat.

Terlihat siapa yang ingin tahu

Fitur story bisa mendeteksi siapa teman yang benar-benar kepoin kita. Saya tidak bilang memperhatikan ya. Terkadang, sekadar kelewatan klik, seolah-olah story telah dilihatnya.

Siapa saja yang telah melihat dapat diketahui dengan menekan langsung story kita. Di bagian bawahnya, terdapat keterangan nama-nama si pelihat. Berbeda dengan feed. Sama sekali samar. Paling, jelasnya tahu dari siapa yang menekan tombol suka dan komentar.

Bila dilihat oleh pribadi yang kita suka, itu deg-deg ser rasanya. Hahaha... Ayo ngaku! Padahal, cuma salah pencet. Wakakakak...

Berlatih tidak menyukai tombol suka

Story membiasakan kita mengurangi candu akan tombol suka. Sementara feed, kebanyakan kita senang jika unggahan disukai dan mendapat banyak komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun