Meskipun, terkadang satu dua penonton bertanya, mengapa mengunggah sesuatu perlu dua kali? Sekali bukannya cukup? Menyajikan sesuatu yang tidak baru karena sudah pernah dilihat sungguh kuranglah menarik. Tetapi, kembali lagi, itu hak tiap-tiap pengguna akun.
Saya sekarang lebih suka mengunggah apa pun lewat story. Feed tidaklah lebih sering dibanding story. Untuk penyebabnya sekaligus penjelasan perbedaan dari keduanya, berikut ulasannya.
Lebih privasi
Sebagian besar pengguna media sosial pasti sepakat bahwa story lebih privasi dibanding feed. Tiap mengunggah, unggahan akan tersembunyi dalam penampakan akun yang muncul dengan pertanda khusus di tampilan akun orang lain (semisal lingkaran berwarna).
Setiap orang yang ingin mengetahui unggahan, harus melakukan usaha dengan mengintip story kita. Tidak semua pula boleh mengakses. Terkadang, ada fitur yang mengatur story hanya bisa dilihat oleh teman dekat.
Terlihat siapa yang ingin tahu
Fitur story bisa mendeteksi siapa teman yang benar-benar kepoin kita. Saya tidak bilang memperhatikan ya. Terkadang, sekadar kelewatan klik, seolah-olah story telah dilihatnya.
Siapa saja yang telah melihat dapat diketahui dengan menekan langsung story kita. Di bagian bawahnya, terdapat keterangan nama-nama si pelihat. Berbeda dengan feed. Sama sekali samar. Paling, jelasnya tahu dari siapa yang menekan tombol suka dan komentar.
Bila dilihat oleh pribadi yang kita suka, itu deg-deg ser rasanya. Hahaha... Ayo ngaku! Padahal, cuma salah pencet. Wakakakak...
Berlatih tidak menyukai tombol suka
Story membiasakan kita mengurangi candu akan tombol suka. Sementara feed, kebanyakan kita senang jika unggahan disukai dan mendapat banyak komentar.