Seorang wanita berdiri di depan cermin di belakang panggung. Ia melihat bagian wajahnya satu per satu. Adakah riasan yang sudah tanggal? Adakah rambut sedikit berantakan? Adakah mimik muka terlihat grogi?
Selama ia terus memandang, bibirnya tidak berhenti bergerak. Ada barisan kalimat demi kalimat dilantangkan tegas dengan nada-nada indah. Ia pun mendengar sebuah lagu yang diputar berulang-ulang. Ia tidak ingin penampilannya mengecewakan.
Saya pikir ilustrasi di atas adalah hal-hal yang dikerjakan seorang penyanyi sebelum naik panggung. Terlebih jika ikut lomba. Mereka tidak mau salah-salah menyebut lirik.
Ketukan irama dan nada harus sesuai dengan musik yang dimainkan. Penyanyi dan musiknya menjadi satu roh, indah dalam harmoni, sehingga enak didengar.
Semua itu dilaksanakan semasa persiapan, latihan, sampai sebelum ke pentas. Saya tahu, karena pernah melakukannya. Ya, meskipun tidak sampai di TV. Hanya sekelas lomba kantor.
Saya berusaha menghafal lirik lagu. Saya menyamankan diri dengan musik. Jika orang tidak paham, mungkin mereka melihat saya kurang kerjaan, karena bernyanyi sendirian. Untungnya, waktu itu saya lakukan sembunyi-sembunyi.
Saya tebak sebagian Anda pernah...
Kendati tidak seorang penyanyi, saya tebak sebagian Anda pernah mendengar lagu berulang-ulang. Tepatnya, satu lagu yang dimainkan dalam mode replay.
Bisa ketika menunggu seseorang. Boleh jadi waktu di transportasi umum. Atau, saat mengenakan piama menjelang tidur. Satu hari tanpa lagu itu diputar, serasa kurang lengkap.
Kalau dibilang jatuh cinta, iya, tidak bisa dimungkiri. Terkadang sampai kelewatan pula, perangkat pendengar masih tertempel lekat di telinga, musik terus dimainkan, sementara kita sudah ngiler, masuk ke alam entah berantah. Hahaha... Kebiasaan siapa ini?