Lebih banyak waktu dihabiskan di rumah
Pembiasaan kebiasaan baik pun sangat berpotensi besar terjadi di rumah, karena lebih banyak waktu dalam sehari dihabiskan di sana. Taruhlah anak sekolah selama delapan jam. Kemudian ia bermain bersama teman selama tiga jam. Sisanya, tiga belas jam, anak berdiam diri di rumah.
Bagi yang telah bekerja, hampir setengah hari dihabiskan di kantor. Selebihnya, ada di rumah. Jika akhir pekan, sepenuhnya di rumah (semisal tidak ada jalan-jalan keluar).
Seminggu, kita lebih banyak di rumah. Lokasi tempat melatih kebiasaan baik dengan waktu yang lebih banyak tersedia. Setelah keluar, apa yang dibiasakan di rumah, kemungkinan besar terbawa.
Seperti ilustrasi. Orang yang suka bersih-bersih di rumah, hampir bisa dipastikan meja kerjanya pun bersih.
Kejadian saya
Mama saya orangnya suka bersih-bersih. Beliau paling tidak suka jika melihat toilet kotor dan ada bercak-bercak cokelat. Seketika meskipun kurang enak badan, toilet itu dibersihkannya.
Beliau paling tidak suka menunda untuk bersih-bersih. Anak-anak (saya dan ketiga kakak) sudah terbiasa dibagi tugas, semisal siapa menyapu, siapa mengepel, dan siapa menyiram tanaman.
Saya pribadi mengerjakan dengan sepenuh hati, karena sosok yang memerintah adalah sosok yang melakukan. Saya tidak tega melihat mama kecapaian. Siapa lagi yang bantu mama bersih-bersih rumah jika bukan anak-anaknya?
Hingga dewasa sekarang, tangan saya sangat akrab memegang sapu, memeras kain pel, dan mencuci piring. Tidak ada rasa malu untuk mengerjakan itu semua. Filosofi bersih-bersih seperti diulas di atas tertanam baik pada ingatan saya.
Akhir kata...