Tidak bisa liburan jauh-jauh
Tentu, sesekali, sebagian kita sedih jika harpitnas sering-sering terjadi. Sebaliknya, jika tidak ada, kita bersorak gembira. Kita bisa mengatur liburan dengan tenang.
Pergi ke tempat jauh yang membutuhkan beberapa hari dapat teragendakan. Dari transportasi, penginapan, jalan-jalan di tempat wisata, menikmati kuliner, dan lainnya, semua dapat terakomodasi dalam hari libur yang berentetan.
Cepat-cepatlah kita tentukan tujuan wisata -- seperti ilustrasi di atas. Baik yang belum pernah maupun sudah tetapi menyimpan kenangan. Segera kita persiapkan hotel tempat singgah.Â
Para penjaja makanan kuliner khas setempat pun kelimpahan rezeki. Pengunjung yang datang membeludak dibanding hari biasa adalah sumber pundi-pundi bagi mereka.
Ya, jujur, pada kenyataan, deretan libur panjang tanpa harpitnas disukai para pekerja yang hobi melancong. Bagi yang lain, senang pula karena dapat menghabiskan waktu lebih lama bersama keluarga di rumah. Atau, beristirahat lebih panjang sebab kelelahan rutinitas pekerjaan. Banyak ragam cara orang menghabiskannya.
Aura bekerja masih terpengaruh libur
Tidak bisa dimungkiri, oleh sebab harpitnas berada di antara hari libur -- semisal akhir pekan Sabtu Minggu dan tanggal merah Selasa -- sebagian kita masih menganggapnya seperti "libur".
Energi untuk bekerja belum kumpul sepenuhnya. Kita masih terbawa dengan kesenangan liburan. Tidak terlalu fokus menyelesaikan pekerjaan kala harpitnas itu.Â
Terasa tanggung saja. Ada sedikit beban dan rasa malas untuk memulainya. Kalau bisa langsung lompat ke hari libur selanjutnya, lompat dah! Hahaha...