Semua orangtua -- dalam kondisi normal -- tentu terbeban dan bertanggungjawab atas setiap anaknya. Ada kerinduan baik dalam perbuatan maupun doa, agar anaknya dapat sukses selama di dunia.
Mulai dari saat sekolah, mencari pekerjaan, beroleh kekasih, hingga menikah dan punya anak. Orangtua suka ketika anaknya berhasil melewati itu, meskipun berbagai halangan wajib dilalui. Orangtua dengan ikhlas pasti mendukung -- bahkan pendukung utama -- dari belakang. Khusus menikah, latar belakangnya:
Utang orangtua berkurang
Dengan telah menikahkan anak, itu pertanda utang orangtua di dunia berkurang. Kelak nanti, saat orangtua meninggalkan dunia, mereka bisa tersenyum kepada Yang Kuasa.
Mereka ditemukan telah bertanggung jawab. Berani memiliki anak, berani pula membesarkan dan menghidupinya sampai selesai. Menikahkan anak adalah salah satu cara menyempurnakan pelaksanaan tanggung jawab itu.
Jika sudah tiada, ada yang menjaga
Masih bersambung dengan utang, jika orangtua telah tiada pula, mereka sudah tenang. Anaknya -- semisal lelaki -- telah diserahkan kepada istrinya, untuk mengurus dan membantunya selama hidup.
Tanggung jawab orangtua mengurus anak berpindah seketika menjadi tugas istri melayani suami. Orangtua tidak akan pikiran, karena anaknya tidak sendiri lagi.
Anaknya terbukti sudah "laku"
Bagi sebagian orangtua, di hadapan para keluarga dan tetangga, ada sebuah kebanggaan berlimpah-limpah -- termasuk Mama -- saat anaknya diketahui telah menikah. Ini adalah bukti bahwa anaknya "laku".
Tidak menjadi perawan tua. Tidak pula tinggal sebagai bujang lapuk. Omongan negatif berupa sindiran orang-orang tentang keluarga dapat diminimalisir.