Pada satu sisi, berdasarkan cerita Mama saya, ada masalah krusial yang selalu terjadi saat pernikahan. Terkait amplop. Anda yang pernah datang ke pesta pernikahan, pasti tahu ini.
Seusai mengisi buku tamu, mendapat suvenir, Anda akan memasukkan amplop pada kotak amplop yang telah tersedia apik. Jika Anda percaya diri, biasanya tertuliskan nama Anda di amplop itu.
Nah! Beragam tujuan menjadi tempat persinggahan akhir amplop. Ada yang sepenuhnya untuk mempelai, ada yang dibagi dua oleh kedua pihak orangtua, ada pula hanya satu pihak -- oleh sebab pihak itu menanggung lebih besar bahkan hampir keseluruhan biaya pernikahan.
Untuk yang terakhir, dilatarbelakangi pula oleh ketidakmauan terlalu rugi mengeluarkan uang. "Sudah menanggung semuanya, jadi wajarlah kembali ke kami. Kalau bisa lebih banyak malah," mungkin itu pemikiran mereka, yang salah satunya adalah seorang saudara, yang mengeluh dalam ilustrasi di atas.
Kejadian unik
Pernah dalam sebuah pernikahan anak tetangga di kampung, Mama beroleh cerita langsung dari orangtua yang menikahkan. Setelah acara selesai, kata mereka, pada saat membuka amplop, ditemukan isinya ada yang begitu kecil, senilai 5.000 rupiah. Saat itu, standar nilai amplop yang biasa ibu-ibu tetangga berikan berkisar antara 20.000 s.d. 50.000 Rupiah.
Bahkan, ada amplop kosong, berjumlah beberapa. Orangtua itu mengelus-elus dada ketika bercerita pada Mama. "Ya ampun, orang begini amat yak, datang ke pernikahan, amplopnya malah kosong," kira-kira seperti itu keluhannya.
Sampai di rumah, mama berkisah pada saya. Beliau tersenyum, tidak habis pikir, bisa-bisanya kasih amplop tetapi kosong. Betapa percaya diri mereka yang datang itu. Hahaha...
Pandangan Mama tentang amplop
Dalam pengertian Mama, seharusnya ada kesenangan ketika orangtua hendak menikahkan anaknya. Segala persiapan dikerjakan dengan penuh sukacita, sebaik mungkin, sesuai kondisi keuangan yang dimiliki. Sari pati obrolan Mama dengan saya sebagai berikut:
Tanda keberhasilan