Sekiranya seperti itulah jika disajikan dalam bahasa Indonesia. Ia akan mengulas film bak komentator. Jika komentator bola, memang sudah tugasnya berbicara sepanjang permainan bola berlangsung. Ia dibayar untuk itu.
Lain hal dengan menonton film bersama. Ada baiknya, komentar ditunda dulu sampai film berakhir. Ini sedikit banyak mengganggu dan mengurangi kesenangan penonton, khususnya yang pertama kali menonton. Biarkan penonton menikmati dengan serius dan tenang.
Berbicara sendiri tentang suatu hal
Semua punya hak memang dalam berbicara. Tidak ada yang mengekang. Tetapi, berbicara sendiri atau kepada teman saat menonton bersama, itu menjengkelkan.
Suara mereka akan bercampur dengan suara film, sehingga adegan terdengar samar. Apalagi jika suaranya lebih keras dari volume layar.Â
"Sebetulnya kita sedang mendengarkan apa?" celetuk salah satu penonton. Inilah sebabnya, ada imbauan di bioskop agar tiap-tiap penonton harap tenang. Seperti sedang ujian.
Mengejek tidak kekinian
"Wah! Itu film tahun kapan, bro? Kuno. Tidak kekinian. Lebih baik film yang ini, nih. Lebih keren animasinya. Sedang booming ditonton."
Ada yang merasa diejek karena menonton film jadul? Tidak semua orang sempat mengikuti perkembangan film dari tahun ke tahun. Tidak semua pula menilai bahwa film jadul tidak lebih baik ceritanya daripada yang terkini.
Ada berbagai alasan orang menontonnya. Ingin mengulang nostalgia, salah satunya. Tertarik dengan pemerannya dan hendak mengikuti rekam jejaknya, juga boleh jadi. Tiap-tiap orang punya kesukaan. Hargailah dengan tidak mengejeknya.
Akhirnya, menonton bersama adalah sebuah ujian dari tenggang rasa. Mengalahkan ego masing-masing, agar seluruhnya dapat menikmati film secara maksimal dan puas. Sama-sama bahagia.