Malam sudah datang. Senja menghilang sekejap mata. Beberapa pemuda merapikan satu dua kudapan di depan televisi. Salah seorang dari mereka menyalakan televisi.
Sebuah film laga tersaji. Saat itu, mereka memang ingin menonton bersama. Alternatif hiburan agar tidak membosankan. Ponsel pintar dengan game online-nya diletakkan begitu saja. Tiap-tiap pasang mata melihat dengan saksama.Â
Saya tidak terlalu suka menonton film. Kegemaran saya adalah membaca dan menulis. Namun, adakalanya, dalam berinteraksi sosial, kita saling mengalahkan kesukaan masing-masing dan memilih aktivitas yang dapat dinikmati bersama. Semata-mata untuk mempererat persaudaraan.
Menonton film adalah alternatifnya. Dapat dilakukan di ponsel pintar, televisi, monitor komputer, atau bahkan dengan sengaja pergi ke bioskop, rela membayar sejumlah uang, untuk menikmati film dalam layar lebar.
Di sana, ada kewajiban tiap-tiap penonton untuk tidak berisik. Menjaga keheningan suasana agar seluruh penonton dapat menyaksikan dan menikmati film dari awal sampai akhir dengan kepuasan maksimal.Â
Lampu juga dipadamkan, supaya tampilan layar terlihat jelas. Minimal bila diuangkan, kepuasan itu setaralah dengan harga tiket.
Ragam hiburan layar kaca
Memang, tidak hanya film yang berguna sebagai hiburan. Ada acara komedi, yang mengundang gelak tawa. Kompetisi bernyanyi, yang adalah surga bagi telinga -- jika merdu.
Berita juga termasuk, bagi mereka yang suka memperbaharui informasi terkini tentang peristiwa yang sedang terjadi. Itu dapat menjawab rasa penasaran mereka, sehingga bisa tidur nyenyak.
Film memiliki keunikan tersendiri. Dalam durasi rata-rata 1,5 s.d. 2 jam -- penilaian dari film yang saya tonton, ditampilkan kisah yang seru, yang dapat dimengerti lewat suara, tulisan dengan terjemahan -- jika berbahasa asing, dan tingkah laku tiap-tiap pemeran.
Jika sutradaranya terkenal karena telah menghasilkan film-film bermutu, kemungkinan besar filmnya ditonton banyak orang. Apalagi menyertakan pemeran yang tersohor, semakin jadilah bioskop penuh pada pemutaran film perdana.
Tidak mustahil juga, seseorang bisa kecewa setelah menonton film, oleh sebab ekspektasinya tidak sesuai kenyataan. Ternyata, film ditemukan membosankan dan ceritanya kurang klimaks.
Empat hal yang harus dihindari
Dalam menonton bersama, secara tidak langsung, telah terjadi kesepakatan bahwa semua penonton ingin merasakan kepuasan maksimal. Masing-masing harus saling menghormati. Tidak mengganggu dengan hal ini dan itu.
Namun, dalam praktiknya, ada yang kelepasan. Tanpa diminta, terjadi begitu saja, seperti hal-hal berikut:
Menceritakan akhir kisah
Bagi satu dua penonton yang pernah melihat filmnya, di tengah cerita, dia akan mengisahkan film tersebut secara lengkap. Apa yang akan dilakukan dan terjadi pada aktor utama, bagaimana kisah asmaranya, sampai akhir film, apakah bahagia atau sedih.
Bagi yang baru pertama kali menonton, ini sangat mengganggu. Rasa penasaran mereka ingin langsung dipuaskan dari tontonan film, bukan dari penjelasan seseorang. Sungguh, mengurangi bahkan menghilangkan kenikmatan menonton!
Membanding-bandingkan dengan film lain
Tidak mustahil pula, ada yang membanding-bandingkan film itu dengan film sejenis lain yang lebih seru.
"Ah! Ini pemerannya kurang hebat. Kalau yang di film itu, dia asli, tanpa pemeran pengganti. Kisahnya pun lebih menegangkan. Ini mah tidak ada apa-apanya!"
Sekiranya seperti itulah jika disajikan dalam bahasa Indonesia. Ia akan mengulas film bak komentator. Jika komentator bola, memang sudah tugasnya berbicara sepanjang permainan bola berlangsung. Ia dibayar untuk itu.
Lain hal dengan menonton film bersama. Ada baiknya, komentar ditunda dulu sampai film berakhir. Ini sedikit banyak mengganggu dan mengurangi kesenangan penonton, khususnya yang pertama kali menonton. Biarkan penonton menikmati dengan serius dan tenang.
Berbicara sendiri tentang suatu hal
Semua punya hak memang dalam berbicara. Tidak ada yang mengekang. Tetapi, berbicara sendiri atau kepada teman saat menonton bersama, itu menjengkelkan.
Suara mereka akan bercampur dengan suara film, sehingga adegan terdengar samar. Apalagi jika suaranya lebih keras dari volume layar.Â
"Sebetulnya kita sedang mendengarkan apa?" celetuk salah satu penonton. Inilah sebabnya, ada imbauan di bioskop agar tiap-tiap penonton harap tenang. Seperti sedang ujian.
Mengejek tidak kekinian
"Wah! Itu film tahun kapan, bro? Kuno. Tidak kekinian. Lebih baik film yang ini, nih. Lebih keren animasinya. Sedang booming ditonton."
Ada yang merasa diejek karena menonton film jadul? Tidak semua orang sempat mengikuti perkembangan film dari tahun ke tahun. Tidak semua pula menilai bahwa film jadul tidak lebih baik ceritanya daripada yang terkini.
Ada berbagai alasan orang menontonnya. Ingin mengulang nostalgia, salah satunya. Tertarik dengan pemerannya dan hendak mengikuti rekam jejaknya, juga boleh jadi. Tiap-tiap orang punya kesukaan. Hargailah dengan tidak mengejeknya.
Akhirnya, menonton bersama adalah sebuah ujian dari tenggang rasa. Mengalahkan ego masing-masing, agar seluruhnya dapat menikmati film secara maksimal dan puas. Sama-sama bahagia.
...
Jakarta
14 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H