"Apa itu lidah?" tanya saya pada sahabat saya itu.
Beberapa daging tebal tak bertulang dengan pori-pori terbuka di permukaannya, berbentuk setengah lingkaran agak memanjang tergeletak begitu saja di atas meja. Pada bagian ujungnya, ada urat-urat kecil kemerah-merahan yang terserak.Â
Ada seseorang menaburkan semacam bubuk seperti garam ke atas daging-daging itu. Lalu, daging-daging itu bergerak-gerak. Beberapa pembeli tersenyum. Daging-daging itu seolah-olah segar karena bergerak-gerak.
"Iya, betul. Kamu tahu dari mana itu lidah?"
"Ya tahulah, kan saya punya."
Dia tertawa. Seorang lelaki tua dengan topi hitam di kepala mendekati kami. Wajahnya kusam sekali, sangat tidak bersemangat. Tidak ada senyuman.
"Bapak mau makan yang mana?"
"Itu lidah apa, Pak?" kata saya.
"Yang ini?"
"Ya, benar. Yang itu, Pak."
Lelaki tua itu memegang lidah itu. Lidah itu berwarna cokelat tua. Ada belahan tengah di ujung lidah, seperti lidah ular. Pada permukaannya, ada pola pori-pori berkelok-kelok, yang begitu menonjol.