Yu Sulepret hanya punya dua jam untuk mengerjakan itu semua. Setelah itu, dia akan berpindah ke rumah lain, mengerjakan pekerjaan yang tidak terlalu berbeda, dan kemudian berhenti bekerja setelah rumah ketiga disinggahinya.
"Maaf lho Yu, saya tidak bisa bantu. Si kecil nangis-nangis terus semalam. Masih sakit katanya."
"Ya, gak papa Bu. Saya juga sudah terbiasa kok," Yu Sulepret tersenyum. Jika bukan karena janji upahnya akan dinaikkan, pasti lain hal yang tertampak di wajahnya.
Dulu, sebetulnya Yu Sulepret pernah dengan begitu setia mengabdi pada seorang majikan selama hampir lima tahun. Pada tahun terakhir, dia mesti angkat kaki dari rumah itu.
Pada suatu malam, ketika majikan perempuan masih menghadiri arisan ibu-ibu dan anak lelaki satu-satunya yang masih remaja main ke tempat temannya tepat setelah ibunya beranjak pergi, kamarnya diketuk.
Seorang lelaki berkumis tebal dan berkepala botak mendekatinya. Tangannya mencengkeram kuat tangan Yu Sulepret. Dengan penuh gairah, bibir lelaki itu menjalar pada setiap bagian tubuh Yu Sulepret yang sangat bahenol.Â
Dadanya besar dan begitu tampak di dasternya. Kulitnya sawo matang tanpa ada sedikit pun koreng. Wajahnya mulus. Hidungnya mancung. Rambutnya tergerai dan sedikit berponi.
Yu Sulepret lalu berteriak kencang-kencang. Nahas, nasib sial menimpa lelaki itu. Istrinya tiba-tiba datang. Pintu terbuka dan suaminya itu dimarahi habis-habisan. Badannya babak belur dipukul kursi besi. Dari kepalanya mengucur darah. Karena sang istri yang punya segalanya di rumah itu, keesokan hari istri itu mengajukan cerai. Dia pun memecat Yu Sulepret saat itu juga.
Lain halnya lima tahun kemudian. Pemecatan berikutnya terjadi karena gairah Yu Sulepret sendiri yang tidak tertahankan melihat anak majikan barunya sering buka baju setelah binaraga di halaman rumah.
Mata Yu Sulepret tak berkedip. Bibirnya sedikit terbuka. Lidahnya bergerak-gerak. Wajahnya menghangat. Dadanya begitu sesak. Betapa indah pemandangan itu.Â
Badan putra majikan yang putih bersih itu begitu tegap. Ototnya kekar, dari tangan kaki hingga perut. Wajahnya tampan sekali. Darah Yu Sulepret yang sudah memasuki umur tiga puluh tahun itu berdesir kencang.