"Suamiku, bagaimana ini? Mimpi itu terus datang. Aku tidak mau kehilanganmu" Terbata-bata dan lirih, Bu Bego berbisik di telinga suaminya. Tangis air mata terus membanjiri pipinya. Anaknya hanya diam.
Muka Bu Bego semakin tua. Keriput bermunculan memenuhi wajah. Setiap ada warga meninggal, rasa bersalah terus merundunginya. Ingin rasanya dia bunuh diri. Tetapi apa daya, suaminya mencegah.
Suami dan anaknya begitu sayang padanya. Demikian juga dia. Karena itu, agar mereka tidak mati, Bu Bego memilih tidak tidur. Satu-satunya jalan terhindar dari mimpi mengerikan itu.Â
Sudah berhari-hari Bu Bego tidak tidur. Badannya semakin lemah tak berdaya. Kulit mukanya kian kusam. Kantung matanya kian tebal. Tubuh pun tidak bisa membohongi kekuatannya. Malam itu, di depan suami dan anaknya, Bu Bego jatuh terkulai. Napasnya tidak ada lagi.
...
Jakarta,
29 Januari 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H