"Sebentar-sebentar. Apa hubungannya tidak pulang kampung dengan Yesus bangga?" Suaranya membesar. Pertanyaan itu mulai mengusik hatinya. Terkesan menghibur, tetapi takada benang merahnya.
"Iya, Yesus bangga. Yesus kan datang ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Kalau kamu tidak mudik, kamu menyelamatkan banyak orang. Kamu tidak berpotensi menularkan Covid-19 ke orang-orang. Orang-orang yang kamu temui sepanjang perjalanan, bahkan orang-orang yang kamu sayangi di kampung. Ayah, ibu, paman, bibi, kakak, menjadi aman tanpa kehadiranmu. Kamu mengalah lah, sampai antivirus Covid-19 ditemukan."
Seusai mendengar kata sahabatnya yang seperti pengkhotbah itu, sedikit sinar terang timbul dari matanya. Badannya yang membungkuk ke arah meja dia tegapkan. Senyumnya perlahan mengembang. Bayangan kelam akan kesedihan tidak bisa merayakan Natal bersama keluarga seperti hilang seketika.
"Benar juga ya, mungkin Natal tahun ini kita harus prihatin sejenak. Mengalahkan ego demi kebaikan dan keselamatan orang-orang" Kesimpulan itu diucapkannya di hati. Dia pun berterima kasih untuk perhatian sahabatnya malam itu.
Pada lokasi terpisah, Andi terlihat sibuk membuka-buka buku. Dia senang membaca buku agama Kristen. Semua pertanyaan tentang agama tidak pernah dia lontarkan pada orang-orang di sekitar. Orangtua sekalipun.
Dia tidak mau merepotkan orang. Dia berusaha sendiri menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terus timbul sejalan pengenalannya yang dia rindukan lebih dalam lagi tentang Yesus Kristus. Juru selamatnya itu.
Termasuk satu pertanyaan pada malam itu. Yang sampai matanya lelah membaca, buku-buku habis dilahap, tidak ada jawaban memuaskan.
"Apa Yesus datang ke dunia minta dirayakan?"
***
Jakarta
23 Desember 2020
Sang Babu Rakyat