"Bapak sepertinya perlu melonggarkan maklumat deh. Cobalah, biarkan anak-anak mereka bermain dengan temannya. Anak-anak mulai jenuh bila terus di dalam rumah. Mereka butuh hiburan. Mereka perlu bertemu teman-temannya"
Suaminya itu diam sejenak. Terlihat berpikir. Mencerna kata demi kata dari ucapan istrinya. Logikanya masuk akal. Seseorang pasti jenuh bila sendirian terus-menerus. "Orang hakikatnya tidak bisa hidup sendiri, bukan?"
"Tapi Bu, nanti kalau ketularan penyakit, bagaimana?" Suaminya memaparkan kemungkinan terburuk bila dia mengiyakan permintaan istrinya.
"Kan ada masker. Buat saja maklumat baru. Anak-anak boleh main asal pakai masker"
"Oh gitu ya, Bu. Baiklah. Sepertinya itu ide bagus. Daripada mereka gila" Keesokan hari, ketua perumahan itu menyebarkan maklumat baru. Persis seperti ucapan istrinya. Melalui grup WA, seluruh warga perumahan telah membaca baik-baik maklumat itu. Responnya positif. Beberapa ibu merasa bahagia.
Dalam sebuah rumah yang tidak seberapa besar namun pekarangannya luas, dengan bermasker, Desi terlihat senang berkumpul dengan teman-temannya menjelang malam itu. Dia tahun depan sudah cukup umur memasuki sekolah dasar.
Disapa mereka satu per satu. Hangat sekali. Matanya berbinar-binar. Seakan ingin bercerita banyak dari apa yang dilihat dan dilaluinya seharian. Sendirian.
Dia sudah mandi. Lebih cepat dari biasanya. Keinginan bertemu teman-temanlah yang mendorongnya. Tiba-tiba, dia berdiri di depan mereka. Berkacak pinggang.
"Teman-teman, Desi mau cerita. Dengar ya" Dia suka bila mereka mendengar. Dia benci bila ada yang mengalihkan perhatian. Matanya berkali-kali menatap tajam semua mata mereka. Memastikan takada yang bicara.
Sementara, teman-temannya terdiam. Mereka duduk teratur di ruang tamu itu. Mereka seperti terhipnotis dan patuh dengan ucapannya. "Desi ingin jadi dokter" Katanya mengawali pembicaraan.
"Desi ingin menolong semua manusia di dunia. Desi tidak ingin ada yang menderita kesakitan. Apalagi, mama sama papa. Orang-orang yang Desi sayangi. Desi mau tekun belajar supaya pintar dan bisa menyembuhkan orang-orang" Dia berlagak berucap sumpah dokter. Dilafalkannya keras-keras. Sisi kemanusiaannya tersentuh.