Dalam satu pertemuan tak kasat mata, tampaklah sepasang tangan dan suara besar menggema. Tangan itu besar, kekar, dan melayang-layang. Baik kiri maupun kanan, keduanya memegang sebuah dadu. Di belakangnya ada enam gerbang.
Tangan itu patuh sekali terhadap perintah suara. Tangan kanan bertugas mengisi timbangan kanan tentang kebaikan, sementara kiri mengisi timbangan kiri tentang keburukan.Â
Di tiap-tiap telapak tangan itu, terdapat mata besar yang tiada henti mengamati perilaku manusia di bumi.
Hasil timbangan atas perilaku disimpan di sebuah kamar tertutup. Berpintu emas, berlantai mutiara, dan berdinding batu mulia, kamar itu adalah rahasia manusia. Hanya sang suara yang boleh melihatnya.
Saat itu, lima sosok hadir di pertemuan. Sang suara, sepasang tangan, dan tiga arwah yang jasadnya baru saja mati kemarin hari. Arwah pertama seorang wanita tua, berambut putih, dan berkeriput banyak.
Arwah kedua seorang lelaki paruh baya, berkepala botak, dan tinggi besar. Sementara arwah ketiga, seorang pemuda bertubuh gempal dan masih sedikit umur.Â
Mereka antre menghadap sang suara. Menunggu di depan sepasang tangan itu.
Pada dadu di sepasang tangan itu, terdapat enam angka. Satu melambangkan hewan di udara, dua hewan di darat, tiga hewan di air, empat tumbuhan di darat, lima tumbuhan di air, dan enam manusia.
Dadu itu akan digulirkan setelah sang suara melihat timbangan para arwah. Setiap angka yang muncul di permukaan, gerbang angka terbuka, dan para arwah dipersilakan memasukinya. Mereka menuju dunia baru, berwujud baru.