Aku mencintaimu,Â
di sela-sela cerpenku.
Wanita itu tidak pernah tahu dia ditaksir oleh lelaki itu. Lelaki itu juga tidak berani bicara, hanya sekadar menulis cintanya di media. Temannya, sesama cerpenis menyadari keanehan itu.
"Tumben kamu nulis puisi? Lagi naksir penyair ya?" Sindir temannya.
"Ehem... ehem.... Iya bro. Cuma, aku gag berani bilang cinta samanya"
Temannya tertawa. "Jadi, ini puisi untuknya?"
"Seperti itu" Dia menjawab perlahan.
Karena telah bersahabat lama, temannya mengambil inisiatif gila. Disampaikanlah puisi itu kepada wanita itu. Tanpa sepengetahuannya.Â
***
Suatu ketika, lelaki itu tampil membacakan cerpen. Di kursi penonton, ada wanita itu. Dia gelagapan. Konsentrasi terganggu. Dia tak menyangka, wanita itu hadir. Seusai gilirannya, wanita itu mendekati.
"Makasih ya Mas, untuk puisinya. Bagus sekali"