Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cintaku Bersemi di Antara Bulir-bulir Keringat

14 November 2020   06:47 Diperbarui: 14 November 2020   06:48 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya Sinta, saya sudah tahu. Jangan panggil Bapak ya, panggil aja Mas"

Aku terkesiap. Tidak menyangka tanggapannya seperti itu. Desi dari belakang menepuk pundakku dan berbisik. "Mulai gatal kamu ya" Aku tersenyum.

Matahari perlahan meninggi. Kami olahraga senam kesegaran jasmani. Sebetulnya, aku benci olahraga. Pelajaran yang membuatku berkeringat. Parfumku hilang dimakan bau badan. Tetapi, semenjak mengenalnya, entah kenapa aku mulai suka. Bermandikan keringat pun aku rela.

"Satu dua tiga empat..." Mas Andi memberi aba-aba. Aku tepat mengikuti instruksinya. Dia terlihat gagah sekali. Kaosnya yang basah keringat itu, memperlihatkan kerasnya otot di seluruh tubuhnya. "Badannya sixpack Des" Aku berbisik di telinga Desi.

"Olahraga woy, fokus" Desi berseloroh. Aku tidak mempedulikan. Aku menikmati pemandangan itu. Sejak saat itu, setiap hari Selasa, pukul delapan pagi, berulang-ulang tidak sabar kunanti. Jam pelajaran Mas Andi.

***

"Mas, aku bantu ya" Basa-basiku di akhir jam pelajaran. Pura-pura kurapikan alat olahraga itu dan menyimpannya di ruang olahraga. Padahal hanya alasan, agar aku bisa mendekatinya.

"Terima kasih ya, Sin. Kamu baik banget" Jawabnya sembari menatap mataku.

Jantungku berdetak tak beraturan. Darahku berdesir kencang. "Apa dia punya rasa kepadaku?"

"Nanti sepulang sekolah, makan siang bareng yuk. Hitung-hitung, ucapan terima kasih Mas karena kamu telah bantu beresin alat-alat ini"

"Ba..aaa..ii..ikkk Mas" Kataku terbata-bata. Aku tidak menyangka responnya sehangat ini. Sejak saat itu, kami bertukar nomor ponsel. Aku bercerita tentang diriku, dia sebaliknya. Percakapan kami mengalir sekali, tidak seperti guru dan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun