Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Saksi Mata

10 November 2020   01:45 Diperbarui: 10 November 2020   01:54 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaaaafff, Anda siaaappa yaaa?" Jawabku terbata-bata. Bulu kudukku merinding.

"Tak usah kau tanya siapa saya. Mana lelaki itu" 

"Tak ada siapapun di sini. Hanya aku sendiri" Dengan tidak percaya dan tetap memaksa, dia masuk ke dalam rumah. Diperiksanya satu per satu kamar, diobrak-abriknya barang sembari berteriak. "Jangan sembunyi, kau"

"Benar, dia takada di sini" Aku kembali menegaskan. Kebohonganku.

"Awas ya, kalau kau bohong. Bisa hilang nyawamu" Dia mengancam sambil mengarahkan pistolnya tepat di depan wajahku. Karena tidak ditemukan yang dicari dalam rumah, akhirnya dia pergi.

***

"Braaakkk" Dinding rahasia itu terbuka.

"Kakak ngapain lagi? Aku hampir mati ditembak tadi!" Kataku geram. Sudah berulang kali dia seperti ini. Terakhir kutahu, dia habis meminjam banyak uang dan tidak pernah kembali.

"Sudahlah, yang penting aku selamat" Dia tidak menjawab. Dengan tenang, dia menuju dapur. Dipanaskan air di teko itu dan diseduhlah kopi. Tepat di kursi sebelah jendela, dia duduk.

"Aaakkkuu sebenarnyaa....."

"Dooorrrr"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun