"Maaaaafff, Anda siaaappa yaaa?"Â Jawabku terbata-bata. Bulu kudukku merinding.
"Tak usah kau tanya siapa saya. Mana lelaki itu"Â
"Tak ada siapapun di sini. Hanya aku sendiri" Dengan tidak percaya dan tetap memaksa, dia masuk ke dalam rumah. Diperiksanya satu per satu kamar, diobrak-abriknya barang sembari berteriak. "Jangan sembunyi, kau"
"Benar, dia takada di sini"Â Aku kembali menegaskan. Kebohonganku.
"Awas ya, kalau kau bohong. Bisa hilang nyawamu" Dia mengancam sambil mengarahkan pistolnya tepat di depan wajahku. Karena tidak ditemukan yang dicari dalam rumah, akhirnya dia pergi.
***
"Braaakkk" Dinding rahasia itu terbuka.
"Kakak ngapain lagi? Aku hampir mati ditembak tadi!" Kataku geram. Sudah berulang kali dia seperti ini. Terakhir kutahu, dia habis meminjam banyak uang dan tidak pernah kembali.
"Sudahlah, yang penting aku selamat" Dia tidak menjawab. Dengan tenang, dia menuju dapur. Dipanaskan air di teko itu dan diseduhlah kopi. Tepat di kursi sebelah jendela, dia duduk.
"Aaakkkuu sebenarnyaa....."
"Dooorrrr"