Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Hanya Tentang Alto

31 Oktober 2020   22:23 Diperbarui: 31 Oktober 2020   22:26 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cuti? Dia gag tahu sebentar lagi kita tampil?" Nadaku meninggi. Aku pura-pura marah, padahal sebenarnya kangen. Setiap latihan, dia motivasi terbesarku. Bila ada suara fals terdengar, senyumnya menjadi obat penenang marahku. Iya, aku paling benci mendengar suara fals. Cempreng boleh, fals jangan.

Itu latihan ketujuh. Lusa dan Senin depan, dua latihan terakhir. Aku berharap dia datang. Seusai latihan, aku kembali ke meja kerja.

Aku merasa ada yang aneh di mejaku. Dari kejauhan, kulihat sebuah undangan berwarna merah muda menyala, bersandar di depan monitor. Kudekati, dan kubuka isinya. "Sepertinya, undangan pernikahan" Gumamku.

Benar saja. Itu undangan pernikahan. Tertulis dengan bahasa indah.

"Dengan hormat, mengundang Saudara pada pernikahan anak kami, Cindy dengan Ananda..."

Sebentar-sebentar. Kuulangi membaca. Benar! Itu namanya Cindy. Alto yang kusayangi. Langsung kurobek undangan itu, kubakar, dan kubuang abunya. Aku tidak membaca selanjutnya. Kuhubungi Desy.

"Des, kau gag bilang Cindy mau nikah?"

"Aku gag tega, Ded. Biar kamu sendiri yang membaca langsung. Dia cuti untuk persiapan pernikahannya" Jawabnya.

Jantungku berdetak kencang. Rasanya aku ingin marah pada diriku. Sial, bodohnya aku. Selama ini latihan bersamanya, berkali-kali bertemu dengannya, tak kuutarakan perasaanku. Sekarang, dia sudah dipinang lelaki lain.

Semangatku buyar. Aku tidak bernafsu lagi melatih. Kuserahkan Doni, asistenku, untuk mengganti. Aku mengajukan cuti.

...

Jakarta

31 Oktober 2020

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun