Keluh harus diungkapkan dan tidak dipendam, karena sangat mengganggu jiwa kita. Dalam mengungkapkannya, perlu sebuah kecerdikan agar kita lega melepas keluh sekaligus orang lain di sekitar tidak dirugikan. Caranya:
Jangan mengeluh kepada sesama orang capek;
Karena mengeluh adalah energi negatif, maka lebih baik kita tidak mengeluh kepada orang yang sedang capek-capeknya. Energi mereka telah terkuras habis, masih ditambahi dengan tularan energi negatif dari kita. Semakin kasihan.Â
Yang ada kemungkinan kemarahan akan timbul. Kita sendiri tidak menjadi lega, malah semakin merana.
Cari orang yang tepat untuk bercerita keluh;
Orang yang mengeluh membutuhkan sandaran bercerita dan tempat beroleh kelegaan. Sahabat, keluarga, atau orang tua adalah sebagian pribadi yang tepat untuk menceritakan keluh.Â
Mereka telah mengenal kita apa adanya dan menyayangi kita. Sehingga, membagikan waktu untuk sekadar mendengar keluhan orang yang disayangi, pasti berkenan. Selain itu, ciptakanlah juga suasana kondusif untuk bercerita, semisal ketika sedang santai atau makan bersama.
Di puisi di atas, keluhan disampaikan sang anak kepada ibunya. Orang yang tepat untuk mengeluh, karena rasa sayang akan darah dagingnya sendiri sampai kapanpun tidak akan bisa dikalahkan dengan derita yang ditanggung dalam merawat anak. Kasih seorang ibu.
Keluhkanlah dalam bentuk tulisan;
Cara yang ketiga sangat menyenangkan. Mengeluh dengan tidak merugikan orang melalui nada verbal yang sering kali terdengar meninggi dan tidak mengenakkan di saat mengeluh. Tumpahkanlah keluh dalam bentuk tulisan dan simpanlah secara pribadi.Â
Kita lega dan tak ada orang yang mengetahuinya. Kalaupun hendak dibagikan, kita harus sadar konsekuensinya, bahwa tulisan akan dibaca banyak orang.