3. Ada keperluan lain yang mendesak yang harus dihadiri si pemotong, sehingga tidak ada waktu lagi hanya untuk sekedar menunggu gilirannya dipersilakan berpendapat; dan
4. Mungkin itu memang hobi si pemotong, menjatuhkan orang lain (Ah, jelek kali pemikiran penulis untuk poin yang satu ini).
Bagaimanapun itu, sebisa mungkin kebiasaan memotong orang dalam berpendapat dihindari dalam adab berpendapat.
Akhirnya, walaupun setiap orang bebas berpendapat, tetap jadilah bijak dalam berpendapat, berpendapatlah secara beradab, dan hormatilah setiap pendapat orang.Â
Penulis sendiri senang karena telah berpendapat tentang adab berpendapat.Â
Terima kasih Sujiwo Tejo, atas inspirasinya.
Jakarta,
8 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H