Perdamaian dengan COVID-19 di sini berarti adanya penyesuaian baru manusia dalam tatanan kehidupan yang diakibatkan oleh COVID-19. Diakui, telah terjadi perubahan tatanan kehidupan antara sebelum adanya virus Corona dengan setelah virus ini merebak di Indonesia.
Seperti misalnya, banyak yang bekerja dari rumah, banyak yang melakukan pertemuan secara virtual, dan masih banyak lagi, yang kesemuanya itu merupakan awal dari “New Normal” yang akan dijalani. Dan wujud nyata dari perdamaian ini adalah hidup berdampingan dengan COVID-19.
Hidup berdampingan dengan COVID-19 dapat sukses dilaksanakan jika didukung secara optimal oleh tridaya manusia.
Apa itu? Tridaya manusia adalah sebuah konsep dalam kebudayaan yang menekankan pada tiga kekuatan besar yang dimiliki oleh manusia secara alamiah. Yang pertama adalah “Cipta”, kemudian yang kedua adalah “Rasa”, dan diikuti terakhir dengan “Karsa”.
Untuk lebih jelasnya, berikut pemahaman sederhana yang akan penulis ulas tentang konsep tridaya manusia, dengan sudut pandang berdasarkan arti kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
Cipta
Cipta adalah kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang kreatif. Di sini, penulis memahaminya sebagai sebuah ide atau gagasan kreatif manusia dalam mengadakan sesuatu yang baru.
Di tengah usaha manusia berdamai dengan virus Corona sekarang ini, tidak menutup kemungkinan masih terdapat pasien positif Covid-19, yang jumlah penambahannya kita tidak pernah tahu akan berhenti sampai kapan. Diakui pula bahwa pemerintah butuh bantuan dan kerja sama dari semua pihak dalam menangani hal ini, karena sulit kalau dikerjakan sendirian.
Syukurnya, hal ini ditolong oleh beberapa pihak yang tergerak untuk bersama-sama  bergotong royong, melalui ciptaan dan kreasinya, menghasilkan produk yang membantu dalam menangani COVID-19.
Ada universitas ternama yang mengklaim telah berhasil menemukan senyawa antivirus COVID-19 melalui hasil penelitiannya. Ada beberapa perusahaan baik BUMN maupun swasta yang memproduksi ventilator (alat bantu pernapasan) dalam jumlah banyak.
Di samping itu, oleh sebab raungan yang terdengar di beberapa daerah terkait kekurangan jumlah Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga kesehatan, beberapa perusahaan tekstil ada yang mengalihkan produksinya, dari semula berproduksi garmen menjadi berproduksi APD.