Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kodrat Perempuan, Konstruksi Sosial, dan Belenggu Patriarki

28 Desember 2019   11:07 Diperbarui: 31 Desember 2019   15:52 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kodrat itu artinya ketentuan. Kodrat itu adalah hal-hal yang sudah tertentu sifatnya. Contohnya, kodrat bumi itu berputar pada porosnya, dan bergerak mengelilingi matahari. Kodrat itu terjadi mengikuti kodrat yang lain, yaitu hukum gravitasi.

Kodrat perempuan itu adalah segala sesuatu yang terkait dengan fungsi kelaminnya. Perbedaan kodrat perempuan dan laki-laki adalah perempuan punya vagina, rahim, dan payudara yang bisa berfungsi untuk menghasilkan air susu.

Perempuan bisa hamil, itu kodrat. Begitu juga dengan Laki-laki bisa membuahi, itu juga kodrat. Tapi hal itu tidak bisa dipertukarkan. Laki-laki tidak bisa hamil, perempuan tidak bisa membuahi.

Konstruksi Sosial
Bekerja mencari nafkah itu bukan kodrat laki-laki. Itu hasil dari konstruksi sosial. Terus apa itu konstruksi sosial? 

Konstruksi sosial adalah hasil kesepakatan manusia dalam suatu kelompok, membentuk masyarakat. Kesepakatan itu bisa berubah dan juga bisa diubah.

Di masyarakat agraris dulu, mencari nafkah adalah tanggung jawab laki-laki. Bagaimana dengan perempuan? Perempuan juga ikut bertanggung jawab. Kalau tidak percaya, coba pergi ke kampung atau desa-desa, terus coba lihat saja, di sana perempuan juga bekerja di kebun dan ladang. Artinya perempuan juga ikut mencari nafkah.

Selanjutnya, apakah perempuan hanya bekerja di kebun atau ladang saja? Jawabannya, tidak. Perempuan juga berdagang atau ikut berjualan di pasar.

Hal yang saya sampaikan di atas itu adalah konstruksi sosial yang sudah ada di dalam kebudayaan kita sejak dulu.

Tapi itu kan di desa, bagaimana kalau di kota? Di kota juga sama saja. Struktur itu tidak berubah. Laki-laki bekerja di kantor, begitu juga perempuan, persis seperti di masyarakat desa.

Jadi jangan percaya kalau ada yang bilang, "perempuan itu kodratnya hanya bekerja di rumah (atau dapur) saja".

Begitu juga jangan percaya atau dengar kalau ada yang bilang, "anak perempuan itu jangan disekolahkan karena nanti ujung-ujung kawin dengan orang punya anak laki-laki".

Kalau ada yang bilang begitu, itu pembodohan dan penipuan atau manipulasi biar perempuan terus tertinggal dan bodoh. Sekali lagi, jangan percaya!

Jadi orang-orang (umumnya laki-laki) yang biasanya bicara begitu sebetulnya maunya apa? Maaf, sepertinya mereka hanya ingin agar perempuan tetap terbelakang. Cukup kerja di kebun dan rumah saja. Tidak usah pakai otak, pakai otot saja.

Mereka bicara atas nama kodrat, adat, atau kadang atas nama perintah Tuhan. Tapi sebenarnya mereka hanya menyuarakan kebodohan dan hasrat mereka yang kacau.

Belenggu Patriarki
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial, dan penguasaan properti. Sederhananya, patriaki adalah sistem yang menguntungkan posisi laki-laki.

Contohnya begini, biasanya di dalam keluarga: rumah, tanah, dan harta benda lainnya itu hanya diwariskan kepada keturunan laki-laki. Artinya apa? 

Secara tersirat sistem dalam keluarga sudah melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki.

Contoh lain lagi, kalau menikahi janda dianggap sebagai menikahi barang bekas. Tapi kalau menikahi duda dianggap hal wajar.

Kalau dalam budaya kita orang Timor, perempuan yg diceraikan itu biasa disebut "Mpoli" atau dibuang/ditinggalkan/dilempar (istilah itu kalau salah tolong dikoreksi). Itu merupakan pelabelan yang sangat-sangat tidak baik dan merugikan posisi perempuan.

Contoh lain lagi, kadang saudara laki-laki punya hak untuk melarang dan memukul saudara perempuannya kalau berpacaran. Tapi kalau saudara laki-laki yang berpacaran, bahkan merusak kesucian perempuan yang lain, kadang dianggap wajar dan biasa saja.

Saya tambahkan contoh lain lagi, kalau menikah, marga perempuan harus mengikuti marga laki-laki dan contoh-contoh yang lainnya (kalau kawan-kawan punya contoh yang lain bisa tulis di kolom komentar).

Dari contoh-contoh di atas, sistem sosial patriarki itu kadang bersembunyi dengan rapi sehingga sulit terdeteksi. Sistem sosial patriarki seperti itu menjadikan laki-laki memiliki hak istimewa dan dominasi terhadap perempuan.

Tapi apakah dominasi ini hanya ada dalam ranah personal atau keluarga saja? Tidak, dominasi ini sudah mencakup ranah yang lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam ranah personal dan dalam lingkup keluarga, budaya patriarki adalah akar dari munculnya berbagai kekerasan yang dialamatkan oleh laki-laki kepada perempuan. Atas dasar "hak istimewa" yang dimiliki laki-laki, mereka juga merasa memiliki hak untuk menghina, memukul, dan mengeksploitasi tubuh perempuan.

Sering kali, saat membaca berita, kita melihat banyak sekali terjadi KDRT dan lain-lainnya yang kalau dilihat sepintas, kita bisa menyalahkan perempuan. Tapi kalau kita tenang, lalu menganalisis lebih jauh maka sebetulnya ada masalah laki-laki di belakangnya.

Contohnya, berita minggu lalu tentang seorang perempuan muda yang membuang bayinya setelah melahirkan (kalau tidak salah saya baca di Pos Kupang).

Sejujurnya, tindakan perempuan itu memang salah. Hanya saja, kita perlu berlaku adil dengan melihat bahwa masalah itu bisa saja karena banyak faktor.

Perempuan yang membuang bayi itu tidak tiba-tiba ingin membuang bayi tersebut. Dia pasti tertekan dengan berbagai keadaan. Bisa saja, laki-laki tidak mau bertanggung jawab. Bisa juga karena malu, bisa juga karena takut pada keluarga, bisa juga karena memikirkan siapa yang harus menafkahi bayi ini, bisa juga karena suruhan laki-laki dan lain-lain.

Dalam situasi seperti itu, beberapa kemungkinan biasanya menghinggapi kepala perempuan secara bersamaan. Tapi apa yang kita lihat? 

Dalam pemberitaan atau saat kejadian seperti itu, perempuan yang dimaki, dituduh bodoh, disalahkan dengan berbagai macam olokan dan lain-lain. lalu di manakah laki-laki yang mengahamili perempuan tersebut? Sering kali tidak tersentuh sama sekali.

Mungkin ada yang berkata, kalau tidak mau bertanggung jawab (membuang bayi), ya jangan "berhubungan"? Seolah-olah keinginan untuk berhubungan itu datang dari perempuan, dan bukan laki-laki. Pada titik ini, perempuan selalu dirugikan dan laki-laki selalu diuntungkan.

Kadang, tidak jarang banyak perempuan juga yang mengikuti perspekstif laki-laki. Yang menganggap eksploitasi tubuh perempuan karena perempuan bodoh, atau pemukulan yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan adalah hal yang wajar.

Biasanya orang-orang seperti itu yang seringkali menulis status di Facebook dengan mengutip salah satu ayat alkitab yang berbunyi:

"Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Mau tulis tambah lagi tapi nanti terlalu panjang, jadi cukup sampai di sini dulu. Kalau ada yang mau tambahkan, silahkan tambahkan di kolom komentar. Cium hidung untuk semua, dan semoga semesta emberkati.

Catatan tambahan:

1. Tulisan ini hanya untuk mengingatkan " kami " (Laki-laki ) saja supaya jangan merasa berkuasa atas perempuan. Dan mengingatkan para perempuan untuk jangan terperangkap dalam jeratan patriarki.

2. Mengingatkan kita semua untuk dalam hal berpacaran atau berumah tangga, biasakan berdasarkan kesepakatan bersama. Dan tidak hanya atas keinginan laki-laki saja.

3. Menjelaskan bahwa ada yang timpang atau tidak adil dalam sistem sosial kita.

Soe, Desember 2019

Honing Alvianto Bana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun