Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kodrat Perempuan, Konstruksi Sosial, dan Belenggu Patriarki

28 Desember 2019   11:07 Diperbarui: 31 Desember 2019   15:52 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari contoh-contoh di atas, sistem sosial patriarki itu kadang bersembunyi dengan rapi sehingga sulit terdeteksi. Sistem sosial patriarki seperti itu menjadikan laki-laki memiliki hak istimewa dan dominasi terhadap perempuan.

Tapi apakah dominasi ini hanya ada dalam ranah personal atau keluarga saja? Tidak, dominasi ini sudah mencakup ranah yang lebih luas seperti partisipasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dalam ranah personal dan dalam lingkup keluarga, budaya patriarki adalah akar dari munculnya berbagai kekerasan yang dialamatkan oleh laki-laki kepada perempuan. Atas dasar "hak istimewa" yang dimiliki laki-laki, mereka juga merasa memiliki hak untuk menghina, memukul, dan mengeksploitasi tubuh perempuan.

Sering kali, saat membaca berita, kita melihat banyak sekali terjadi KDRT dan lain-lainnya yang kalau dilihat sepintas, kita bisa menyalahkan perempuan. Tapi kalau kita tenang, lalu menganalisis lebih jauh maka sebetulnya ada masalah laki-laki di belakangnya.

Contohnya, berita minggu lalu tentang seorang perempuan muda yang membuang bayinya setelah melahirkan (kalau tidak salah saya baca di Pos Kupang).

Sejujurnya, tindakan perempuan itu memang salah. Hanya saja, kita perlu berlaku adil dengan melihat bahwa masalah itu bisa saja karena banyak faktor.

Perempuan yang membuang bayi itu tidak tiba-tiba ingin membuang bayi tersebut. Dia pasti tertekan dengan berbagai keadaan. Bisa saja, laki-laki tidak mau bertanggung jawab. Bisa juga karena malu, bisa juga karena takut pada keluarga, bisa juga karena memikirkan siapa yang harus menafkahi bayi ini, bisa juga karena suruhan laki-laki dan lain-lain.

Dalam situasi seperti itu, beberapa kemungkinan biasanya menghinggapi kepala perempuan secara bersamaan. Tapi apa yang kita lihat? 

Dalam pemberitaan atau saat kejadian seperti itu, perempuan yang dimaki, dituduh bodoh, disalahkan dengan berbagai macam olokan dan lain-lain. lalu di manakah laki-laki yang mengahamili perempuan tersebut? Sering kali tidak tersentuh sama sekali.

Mungkin ada yang berkata, kalau tidak mau bertanggung jawab (membuang bayi), ya jangan "berhubungan"? Seolah-olah keinginan untuk berhubungan itu datang dari perempuan, dan bukan laki-laki. Pada titik ini, perempuan selalu dirugikan dan laki-laki selalu diuntungkan.

Kadang, tidak jarang banyak perempuan juga yang mengikuti perspekstif laki-laki. Yang menganggap eksploitasi tubuh perempuan karena perempuan bodoh, atau pemukulan yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan adalah hal yang wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun