Imbas kesesatan berpikir yang demikian juga merambah ke kasus lain, contoh seperti kasus pasangan gay di Thailand yang kemarin viral. Apa hak kita mencampuri urusan pribadi orang lain, terlebih orang itu adalah warga negara asing? Imbasnya pun banyak, ada pekerja Indonesia yang dipulangkan paksa dari Thailand, ada calon mahasiswa/i yang terancam tidak bisa kuliah di sana, ada juga seruan boikot wisatawan asal Indonesia.
Negara ini akan hancur dengan sendiri jika kualitas sumber daya manusianya di bawah standar, bahkan, akan lebih banyak warga asing di kemudian hari yang semakin meremehkan Indonesia, hanya karena ulah warganet yang mempunyai kesalahan dalam berpikir.
Sedangkan kesalahan berpikir yang terakhir adalah, ada beberapa warganet yang berkata bahwa kedua WNI itu seharusnya mendapatkan pekerjaan yang selaras dengan kemampuan "maling"nya. Jika ada orang beranggapan demikian, orang itu wajib untuk dididik ulang.Â
Bagaimana bisa sebuah perusahaan mempekerjakan seorang maling (scammer)?, Sudah teramat jelas bahwa seorang scammer dan hacker adalah dua orang yang berbeda.Â
Jika ada seorang hacker yang membobol sistem keamanan lain seperti merubah koordinat sebuah satelit, hacker itu wajib untuk digali bakatnya, bisa juga dipekerjakan pada bagian IT. Namun seorang scammer? Mereka penjahat, merugikan orang lain secara materi, mereka juga menjadi musuh utama perusahaan e-commerce, untuk apa dipekerjakan? Sudah selayaknya mereka dipenjara atas kejahatan yang telah diperbuat.
Kasus 2 WNI yang menjadi scammer di Amerika Serikat seharusnya tidak membuat kita menjadi bangga, tetapi malu. Karena yang mereka lakukan adalah sebuah kejahatan, dengan tertangkapnya dua pelaku tadi otomatis membuat nama negara Indonesia kembali tercoreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H