Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pusaran Setan Itu Bernama Perundungan

4 September 2020   09:06 Diperbarui: 25 Mei 2021   13:29 2270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga : Kekuatan di Balik Anonimitas terhadap Cyber Bullying

Berikutnya adalah Russia, studi dan penelitian yang ditulis dalam Themoscowtimes.com menyimpulkan bahwa 1 dari 4 anak di Rusia mengalami perundungan di sekolahnya. Ada hampir 30 persen anak sekolah di Rusia telah mengalami kasus bully. Itu belum termasuk dengan kasus perundungan yang terjadi dalam media sosial dan online lainnya. 

Hal ini menjadikan Rusia sebagai negara dengan kasus perundungan tertinggi kedua di dunia. Dan yang terakhir adalah Austria, kasus terbanyak juga masih didominasi dengan perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah dan akademi. 

Selain itu, perundungan secara online juga masif terjadi di negara berpopulasi 9 juta jiwa ini. Namun, perlu dicatat bahwa perundungan yang terjadi di Austria kebanyakan terjadi hanya pada cara verbal dan online. Karena Austria juga memiliki budaya yang sudah mapan dan taat pada peraturan, kejadian bully sekecil apapun pasti akan terpantau.

Dalam tulisan Saya yang sebelumnya, yang berjudul Kurikulum Anti Bullying yang termuat di Kompasiana, Saya sudah menyertakan saran dari Saya pribadi untuk mengatasi serta meminimalisir kasus bullying yang ada di Indonesia dengan menyediakan ruang khusus bagi mereka yang sedang mengalami tekanan mental. Namun sayangnya, Saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk menyuarakan ide itu, sehingga Saya harus legowo jika tulisan itu hanya menjadi arsip di Kompasiana.

Saya pribadi merasa sedih jika harus menemui kasus orang yang bunuh diri akibat bullying, karena sekali lagi, Saya salah satu korban dari perundungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun