Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pusaran Setan Itu Bernama Perundungan

4 September 2020   09:06 Diperbarui: 25 Mei 2021   13:29 2270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Korban perundungan bukan hanya terjadi kepada anak-anak miskin, anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak yang dianggap berbeda. Perundungan bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk kepada AB, seorang dokter muda yang Ayahnya merupakan seorang Marsda TNI, Johanes Berchmans SW, Komandan Seskoau, Akademi Angkatan Udara tahun 1986. 

Perundungan bukan hanya terjadi kepada mereka yang anak orang biasa, anak orang penting. Perundungan juga terjadi kepada mereka yang sudah terkenal, seperti artis-artis/penyanyi di Korea Selatan. Pusaran setan yang benama perundungan ini menyerang siapa saja, tak peduli latar belakang serta power dari korbannya.

Dilansir dari kpai.go.id, KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. "Data pengaduan anak kepada KPAI bagai fenomena gunung es. 

Baca juga : Fenomena Bullying terhadap Pendidikan di Indonesia

Sama seperti pernyataan Presiden pada ratas (9/1/2020) melalui Data SIMFONI PPA. Bahkan Januari sampai Februari kita terus setiap hari membaca berita dan menonton fenomena kekerasan anak. Tentunya ini sangat disadari dan menjadi keprihatinan bersama," katanya.

Dikutip dari idntimes, ada lima negara yang menempati posisi teratas dengan kasus prundungan di dunia, dimulai dari Portugal. Sebuah studi ilmiah yang ditulis dalam jurnal Tandfonline.com, menyimpulkan bahwa kasus-kasus perundungan banyak terjadi di Portugal. Kasus yang paling mendominasi adalah kasus perundungan di media sosial atau cyberbullying. 

Dalam studi tersebut didapatkan bahwa kaum perempuan lebih banyak mendapatkan bully atau perundungan, sedangkan pria lebih banyak melakukan bully. Salah satu cara mereka dalam melakukan perundungan adalah melalui pesan-pesan yang mengintimidasi dan menekan lewat pesan online atau pesan langsung melalui HP. 

Sebetulnya secara nasional, kasus perundungan di Portugal memang tidak setinggi di negara-negara lainnya di Eropa. Namun karena terdapat peningkatan laporan terhadap kasus-kasus bully yang sering terjadi, membuat negara berpopulasi 10 juta jiwa ini dianggap sebagai negara dengan kasus perundungan tertinggi di Eropa, bahkan dunia.

Disusul Inggris, dalam lima tahun terakhir justru terdapat peningkatan kasus perundungan di Inggris, terutama dalam lingkungan akademi dan sekolah. Sebanyak 29 persen sekolah di Inggris menyatakan bahwa kasus bully terjadi hampir setiap minggu. Kasus-kasus perundungan di lingkungan sekolah Inggris mengundang banyak keprihatinan, terutama bagi pengajar dan badan perlindungan anak di Inggris. 

Jika Inggris tidak berbenah, maka bisa saja Inggris menjadi negara terburuk dalam hal perundungan. Kemudian Estonia, bukan hanya di lingkungan sekolah, kasus perundungan di Estonia juga banyak terjadi di lingkungan kerja. Orang-orang dewasa yang seharusnya dapat berpikir dewasa, justru memberikan contoh yang kurang baik bagi generasi mudanya. 

Negara berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa ini juga merupakan satu dari lima besar negara dengan kasus bully terbanyak di dunia. Meskipun saat ini sudah mulai digencarkan pencegahan bully, namun perundungan secara verbal dan online masih kerap terjadi di Estonia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun