Dampak Virus Corona terhadap Perekonomian Tiongkok
Peran pemerintah Tiongkok dalam menangani penanganan virus COVID-19 ini sangatlah besar. Epidemi atau pola penyebaran virus corona menghabiskan biaya penanganan termahal sejak dua dekade terakhir, dibandingkan dengan wabah penyakit SARS pada tahun 2003 yang mencapai US$ 40 miliar, dan virus Ebola sebesar US$ 53 miliar pada tahun 2013 (Learnbonds, 2020).
Diproyeksi  penanganan virus corona bisa menghabiskan biaya hingga US$ 62 miliar atau setara dengan Rp 850,1 triliun. Pemerintah Tiongkok melakukan tindakan mulai dari membangun rumah sakit khusus corona hingga mengkarantina total 50 juta lebih warganya.
Situasi ini membuat aktivitas bisnis non-vital Tiongkok kendur. Hal ini terjadi akibat banyak fasilitas umum yang dibatasi, seperti transportasi umum dan juga rumah sakit. Sementara itu, terdapat beberapa restoran cepat saji yang menutup restorannya sementara waktu, seperti Burger king, Popeyes, Hortons, dan masih banyak lagi.Â
Perkantoran, toko, dan pabrik tutup dan para pekerja diliburkan. Contohnya perusahaan smartphone ternama yaitu Apple menutup pabrik produksi yang berpusat di Wuhan, brand ternama seperti Nike, Adidas hingga Capri Holdings harus merugi produksinya karena banyak toko yang tutup. Merek-merek terkenal ini sudah memberikan informasi kepada para investor soal penjualan yang dapat turun derastis akibat virus corona.
Terjadi demand-pull inflation di negara Tiongkok, dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) negara tersebut mencapai level tertinggi, dari 4,9% menjadi 5,4%. Hal ini salah satunya disebabkan oleh masyarakat  yang meningkatkan jumlah stock cadangan makanan dan menimbun makanan, sehingga jumlah barang yang tersedia di pasar menipis sementara permintaan terus meningkat.
Selain itu sektor pariwisata dan manufaktur Tiongkok pun ikut terkena dampak Virus Corona. Pemerintah telah menghimbau seluruh warganya untuk menunda dan membatalkan perjalanan wisata baik keluar negeri maupun domestik. Sejalan dengan itu, negara-negara lain juga melarang warga mereka untuk berkunjung ke Tiongkok sementara waktu.
World Bank khawatir bahwa virus ini akan mempengaruhi perekonomian global hingga 10 persen. Upaya yang dilakukan adalah dengan mempertahankan kondisi ekonomi domestic Tiongkok dengan harapan akan menekan dampak yang lebih luas akibat krisis (CNN Indonesia, 2020).
Kondisi negara Tiongkok diprediksi akan memicu perlambatan ekonomi global karena Tiongkok menyumbangkan sepertiga pertumbuhan ekonomi di dunia. Lebih besar daripada gabungan AS, Eropa, dan Jepang. Kontribusi Tiongkok pada PDB global mencapai 19,24% (Daud, 2020).
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun dari 6% pada 2019 menjadi 5,6% pada tahun 2020 (Daud, 2020). Hal itu akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global 2020 sebesar 0,2% menjadi 2,3% pada kuartal pertama. Perlambatan ini menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan global satu dekade silam.
Dampak Virus Corona terhadap Perekonomian Indonesia