Mohon tunggu...
HMDIE FEB UB
HMDIE FEB UB Mohon Tunggu... Lainnya - Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

#SATUJIWAIE #OSIOSIOSI #PROUDTOBEIE #AMERTAASA

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri Sawit di Antara Pertumbuhan Ekonomi atau Kerusakan Hayati

5 Maret 2021   11:46 Diperbarui: 5 Mei 2021   07:47 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: HMJIE FEB UB

“Ini soal perang bisnis antarnegara saja karena CPO bisa lebih murah dari minyak bunga matahari mereka,” - Presiden Republik Indonesia, Ir.Joko Widodo

Oleh Fikri Alamsyah mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya

Polemik Industri Kelapa Sawit

Pasca bencana KARHUTLA yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir akibat pembukaan lahan kelapa sawit, pemerintah menaruh perhatiannya untuk mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Memang mempersiapkan lahan dengan membakar terbakarnya hutan lebih murah dan mudah dibanding cara-cara lain, menjadikannya sebagai metode utama yang dipilih. Indonesia sendiri sudah mencatatkan kawasan hutan yang terbakar sekitar 328.772 hektare, lebih rendah dibanding pada tahun 2015 yang berkisar 2,6 juta hektare lahan yang terbakar. Pada dunia industri kelapa sawit, Indonesia dan Malaysia lah yang memiliki peran besar pada industri ini, kedua negara Asia ini merupakan pemasok kelapa sawit global sebesar 85% dari total penghasil kelapa sawit di dunia. Melalui korporasi swasta, perusahaan milik negara dan petani, Indonesia memiliki 16,381 juta hektare lahan budi daya kelapa sawit, serta mengoperasikan lebih dari 791 pabrik. Komoditas ini memberi kontribusi pada ekspor senilai 21-22 miliar dolar AS pada tahun 2020.

Namun dengan luas lahan yang dimiliki indonesia, praktik pengembangan lahan berkelanjutan menjadi keharusan bagi ekonomi dan lingkungan hidup Indonesia, seperti yang dikatakan oleh seorang ilmuan senior Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) yaitu bapak Herry Purnomo bahwa “Keberlanjutan bukan pilihan, tapi keharusan” dan dia juga berpendapat peluang pembangunan berkelanjutan industri kelapa sawit merupakan peluang bagi para produsen indonesia untuk bersaing diranah global.

Problematika Kelapa Sawit di Indonesia

Keuntungan yang di dapatkan Indonesia pada industri ini bukan berarti tidak memiliki efek samping yang negatif. Dampak negatif dari produksi minyak sawit adalah gundulnya hutan yang menjadi wadah bagi perindustrian kelapa sawit di beberapa wilayah yang tersebar di indonesia . Hal ini merupakan fakta karena gundulnya hutan yang terjadi di indonesia sebagian besar untuk keperluan industri kelapa sawit. MeskipunIndonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia, Indonesian juga merupakan penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat (AS).

Kritik yang diterima pemerintah Indonesia pun sudah sangat banyak terlontar dari kelompok-kelompok pecinta lingkungan hidup, salah satunya adalah kritik terhadap pemerintah yang terlalu memprimadonakan industri kelapa sawit yang berdampak pada penggundulan hutan dan penghancuran lahan bakau,adapun kritik yang membandingan pemerintah indonesia dengan pemerintah Uni Eropa, pasalnya negara-negara Uni Eropa telah membuat aturan-aturan hukum yang lebih ketat mengenai produk-produk impor yang mengandung minyak sawit, yang membuat produksi sawit dinegara tersebut menjadi tidak ramah lingkungan.

Data Produksi Minyak Sawit di Indonesia

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah mencatat bahwa sepanjang tahun 2020 dari bulan januari sampai dengan juni, produksi minyak sawit di Indonesia tercatat sebesar 23,47 ton. Angka tersebut lebih rendah dari produksi yang tercatat pada tahun 2019 yaitu pada jangka waktu bulan yang sama yaitu sebesar 25,88 juta ton.

Seperti yang dikatakan Joko Supriyono Ketua umum GAPKI yaitu Supriyono bahwa produksi yang dilalukan secara kumulatif sudah turun sekitar 9%, namun bila dilihat dari perbulannya sejak januari, produksi kelapa sawit mengalami peningkatan dan pada bulan juni 2020 produksi minyak dari kurun waktu 6 bulan merupakan produksi tertinggi yakni sebesar 4,5 juta ton, Angka ini tumbuh sekitar 13,6% dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 3,96 juta ton. Meskupin produksi yang terjadi dari bulan januari sampai juni mengalami peningkatan tiap bulannya, tetap saja produksi sawit pada tahun 2020 masih minus dibandingkan tahun sebelumnya.

Luas Wilayah Kelapa Sawit di Pulau Kalimantan

Diantara wilayah-wilayah indonesia yang menjadi pusat pusat industri kelapa sawit, kalimantan merupakan salah satu wilayah di indonesia yang memiliki lahan sawit yang sangat luas, dan di bawah ini merupakan luas wilayah kelapa sawit di penjuru pulau kalimantan :

(Sumber : https://www.bps.go.id )
(Sumber : https://www.bps.go.id )

Saat ini Kalimantan menjadi wilayah yang direncanakan untuk mewadahi tata kelola sawit yang berkelanjutan, dan sudah dimulai untuk program pembebasan lahan yang sudah ada dibeberapa titik di pulau kalimantan. Trias Fetra salah seorang Program OfficerCenter Tata Kelola Sawit Madani Berkelanjutan mengatakan bahwa dilihat dari hasil analisis input dan output pada penggunaan dana sawitsebesar 11 Triliun untuk subsidi biodiesel tidak memberikan manfaat besar terhadap keseimbangan faktor produksi jika dibandingkan dengan menggunakan program yang berkaitan langsung dengan perkebunan sawit, dan beliau juga menambahkan bahwa kebijakan penggunaan dana sawit untuk subsidi biodiesel dapat dikatakan gagal, hal ini dikarenakan  nilai tukar sawit pada petani perkebunan rakyat tidak meningkat kecuali pada tahun 2017. Sedangkan jika dana dari subsidi tersebut dimanfaatkan dan digunakan sepenuhnya untuk sawit maka akan terjadi peningkatan output pada sektor produksi perkebunan sawit sekitar 6,52%. Adapun sebab lain yang membuat nilai tukar petani perkebunan sawit tidak meningkat dikarenakan minimnya alokasi anggaran daerah untuk petani sawit.

Program Peremajaan Sawit Rakyat

Kelapa sawit membantu meningkatkan sumber devisa provinsi Kalimantan Barat serta salah satu sektor yang membuka lapangan pekerjaan. Oleh karena itu agar pengelolaan perkebunan kelapa sawit terus meningkat. Pemprov Kalimantan Barat terus meningkatkan kapasitas perkebunan seperti penggunaan benih bersertifikat, dan juga melakukan perbaikan tata kelola dan penanganan konflik serta pengawasan lingkungan dan penguatan akses pasar.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menyalurkan anggaran sebesar Rp 2,55 triliun untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR) di sepanjang 2020 ini.

Pada tahun 2019 Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berencana untuk melanjutkan program peremajaan sawit rakyat (PSR) atau biasa disebut replanting,2,5 triliun rupiah sudah dikeluarkan pemerintah untuk kebijakan ini, sampai dengan Desember 2019 sudah tercatat dana yang dikeluarkan 2,47 triliun Rupiah, dan pada tahun 2020 BPDPKS telah menyalurkan anggaran sebesar 2,55 triliun rupiah dengan lahan replanting seluas 94.248 hektare (ha).Menurut BPDPKS Replanting ini harus menjadi prioritassaat itu dikarenakan replanting sawit menjadi pendorong pemenuhan energi Indonesia lewat B30 atau B40 atau bisa disebut Green Refinery. Program B30 akan dituntaskan pada tahun 2021, dan untuk program B40 destilasi akan direncanakan pada tahun 2022. Pada sisi yang lain pengembangan Green Refinery (D100 atau green diesel) yang menjadi harapan pada bidang tersebut untuk dapat dilakukan dan terus didorong sehingga bisa terlaksana pada 2026.

Data Harga Produk Kelapa Sawit Tahun 2021

Data yang diperoleh dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bahwa selama periode 2016-2019 telah dilakukan replanting lahan seluas 106.150 hektare sawit rakyat atau sekitar 4,3% dari target PSR. Dari program yang dicanangkan ini sudah ada 43.174 kepala keluarga yang terlibat dalam berjalannya replanting sawit ini.

Sampai saat ini pemerintah masih mencanangkan dengan sangat gencarnya untuk meningkatkan produksi industri dari kelapa sawit karena tanaman yang dibawa belanda inilah yang masih menjadi primadona pada ekspor indonesia dalam perdagangan internasional. Bahkan Sawit ini mengalahkan tanaman nenek moyang negara yaitu rempah-rempah yang dahulu menjadi incaran para bangsa eropa. Dan berikut ini merupakan data harga jual sawit yang digolongkan berdasarkan umurnya tanaman pada tahun 2020 :

(Sumber : https://disbun.kalbarprov.go.id )
(Sumber : https://disbun.kalbarprov.go.id )

Keuntungan dan Kerugian

Disamping keuntungan yang didapatkan Indonesia dari industri sawit, ada beberapa dampak negatif yang diberikan, seperti pada hasil penelitian seorang ilmuan senior dari CIFOR/CIRAD yaitu Tves Laumonier, beliau mengatakan bahwa ia menyaksikan keragaman hayati yang makin menurun sebab kelapa sawit itu sendiri merupakan salah satu tanaman monokultur. Hal ini juga mengakibatkan banyak hutan terfragmentasi akibat pembangunan perkebunan. Oleh karena itu konservasi menjadi hal yang penting bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga bagi para petani.

Seperti yang dijelaskan seelumnya bahwa pemerintah berencana untuk mengembangkan industri kelapa sawit berkelanjutan, tapi hal tersebut merupakan sebuah rencana dan angan jika semua prosedur dan segala hal yang dilakukan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Masalah sebenarnya dari industri ini adalah bukan dari tanamannya, tapi bagaimana manusia menanam dan membudidayakannya, karena sejatinya kelapa sawit hanyalah tanaman sekunder yang tak dapat menggantikan tanaman primer dan hutan lindung yang ada di Indonesia

Sudah banyak kampanye yang dilakukan masyarakat untuk melawan perdagangan kayu yang tidak menggunakan sistem berkelanjutan, karena masyarakat merasa jika tidak diberlakukan sistem berkelanjutan, akan banyak yang dirugikan dari dampak yang dilakukan tersebut, seperti kerusakan lingkungan dan bencana- bencana yang akan berdapak pada warga sekitar. Namun pemerintah mengambil langkah preventif dalam mengatasi konflik tersebut yaitu dengan kolaborasi Indonesia – EU yang menghasilkan sebuah lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT). Seperti yang dikatakan seorang ilmuan senior Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) yaitu bapak Herry Purnomo, beliau mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk tidak bisa melakukan hal serupa untuk kelapa sawit, karena keberlanjutan kelapa sawit merupakan keunggulan dan jalan yang harus ditempuh.

Peran petani

Petani memiliki peran penting pada perkembangan bahkan pada pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Michael Brady seorang Ilmuwan utama CIFOR dan ketua tim riset Value Chains, Finance and Investment (VFI) bahwa ia mengatakan,tantangan terbesar dari industri sawit ini ialah membuat petani tetap untung meskipun para petani mengalami fluktuasi harga, biaya modal dan transportasi yang tinggi. Selain itu kurangnya pengalaman dalam bidang pertanian menjadi salah satu faktor utama dari masalah tersebut, meskipun lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit dikelola sendiri oleh para petani.

 Dampak Industri pada Lingkungan Hidup 

Uni Eropa mencanangkan sebuah kebijakan melalui Pedoman Energi Terbarukan Uni Eropauntuk menghapus penggunaan kelapa sawit sebagai biofuel pada tahun 2030 nanti, hal ini memberikan tekanan pada produsen kelapa sawit Indonesia dan Malaysia yang merupakan 2 negara terbesar dalam memproduksi minyak kelapa sawit. Menurut Konsultan Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup,Michael Bucki yang juga merupakan Delegasi dari Uni Eropa ke Indonesia dan Brunei Darussalam, mengatakan bahwa masyarakat menginginkan perkebunan sawit berkelanjutan.

Saat ini pemerintah Indonesia telah bergerak menyempurnakan tata kelola sektor kelapa sawit, salah satu langkah pemerintah dapat terlihat pada keputusan moratorium izin perkebunan yang dicanangkan pada tahun 2018, dan pemerintah juga memiliki opsi kebijakan manajemen perkebunan kelapa sawit yang  juga sedang dijajaki saat ini.Reforma agraria di Indonesia akan mendorong petani menjadi aktor utama produksi buah sawit,” tambahnya, merujuk pada reformasi tenurial lahan inisiatif pemerintah.

Kesimpulan

Industri sawit memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan petani dan kemajuan pada suatu wilayah. Namun masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan dan diselesaikan untuk mengoptimalkan manfaat/benefit industri sawit, diantaranya isu lahan, produktivitas, kualitas, fair-trade, sustainability dan lain-lain. Dengan demikian diperlukan kajian lebih mendalam untuk menganalisis dampak dan tantangan perkembangan industri sawit terhadap kesejahteraan dan kemajuan wilayah. Di samping itu juga perlu diidentifikasi dan dianalisis faktor-faktor strategis yang mempengaruhinya agar dapat disusun strategi untuk mengoptimalkan dampak positifnya dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi.

Rekomendasi

  • Memaksimalkan dana yang diberikan untuk mengembangkan industri kelapa sawit berkelanjutan yang diiringin dengan pengawasan yang intens dan substainable oleh pemerintah sehingga dana yang diberikan dapat terealisasi tepat dan sesuai sasaran.
  • Menyempurnakan Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia , agar seperti yang diharapkan yaitu dalam menjalankan industri kelapa sawit, bukan hanya mendapatkan keuntungan yang terus digadangkan namun kelestarian alam juga harus diperhatikan, karena pada dasarnya jika alam ini rusak, maka kita akan kehilangan apa yang selama ini telah kita miliki.
  • Agar menghasilkan kelapa sawit yang berkualitas maka harus dikelola dengan baik dana yang digelontorkan untuk industri ini seperti digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih yang bersertifikat, memperbaiki tata kelola dan penangan konflik serta pengawasan lingkungan dan penguatan akses pasar.

Daftar Pustaka

Bpdp.com. 28 Januari 2019. Dampak Sosial Ekonomi Pengusahaan Kelapa Sawit Terhadap Kesejahteraan Petani ( diakses 21 Februari 2021)

Indonesia-Investments.com. 26 Juni 2017. Minyak Kelapa Sawit. ( diakses 21 Februari 2021)

Nabiha Shahab. 23 Oktober 2021. Pembangunan Berkelanjutan Industri Kelapa Sawit Bisa Memberi Manfaat Bagi Indonesia. (diakses 21 Februari 2021)

Disbun.Kalbarprov.go.id. Februari 2021.Harga Kelapa Sawit 2021. (diakses 21 Februari 2021)

Cantika Adinda Putri. 16 Juni 2020. Pemerintah Guyur Rp 2,5 T untuk Sawit, Buat Apa?. (diakses 21 Februari 2021)

Lamgiat Siringoringo. 28 Januari 2021. Kiat pemerintah menggenjot produksi sawit mengejar ketertinggalan dari Malaysia. (diakses 21 Februari 2021)

Bps.com. 2019. Luas Tanaman Perkebunan Menurut Provinsi (Ribu Hektar), 2017-2019. ( diakses 21 Februari 2021)

Ayuningtyas Widari Ramdhaniar.  8 April 2020. Indonesia Menuju Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan. (diakses 21 Februari 2021)

Sawitindonesia.com. 10 Januari 2020. Pemerintah Tetapkan Luas Tutupan Kelapa Sawit 16381 Juta Ha. (diakses 21 Februari 2021)

Indonesia.go.id. 14 Desember 2020. Sawit Masih Mengkilap.  (diakses 21 Februari 2021)

NoveriusLaoli. 12 Agustus 2020. Semester I 2020, produksi minyak sawit Indonesia capai 23,47 juta ton. ( diakses 22 Februari 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun