Mohon tunggu...
HMDIE FEB UB
HMDIE FEB UB Mohon Tunggu... Lainnya - Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

#SATUJIWAIE #OSIOSIOSI #PROUDTOBEIE #AMERTAASA

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri Sawit di Antara Pertumbuhan Ekonomi atau Kerusakan Hayati

5 Maret 2021   11:46 Diperbarui: 5 Mei 2021   07:47 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: HMJIE FEB UB

(Sumber : https://disbun.kalbarprov.go.id )
(Sumber : https://disbun.kalbarprov.go.id )

Keuntungan dan Kerugian

Disamping keuntungan yang didapatkan Indonesia dari industri sawit, ada beberapa dampak negatif yang diberikan, seperti pada hasil penelitian seorang ilmuan senior dari CIFOR/CIRAD yaitu Tves Laumonier, beliau mengatakan bahwa ia menyaksikan keragaman hayati yang makin menurun sebab kelapa sawit itu sendiri merupakan salah satu tanaman monokultur. Hal ini juga mengakibatkan banyak hutan terfragmentasi akibat pembangunan perkebunan. Oleh karena itu konservasi menjadi hal yang penting bukan hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga bagi para petani.

Seperti yang dijelaskan seelumnya bahwa pemerintah berencana untuk mengembangkan industri kelapa sawit berkelanjutan, tapi hal tersebut merupakan sebuah rencana dan angan jika semua prosedur dan segala hal yang dilakukan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Masalah sebenarnya dari industri ini adalah bukan dari tanamannya, tapi bagaimana manusia menanam dan membudidayakannya, karena sejatinya kelapa sawit hanyalah tanaman sekunder yang tak dapat menggantikan tanaman primer dan hutan lindung yang ada di Indonesia

Sudah banyak kampanye yang dilakukan masyarakat untuk melawan perdagangan kayu yang tidak menggunakan sistem berkelanjutan, karena masyarakat merasa jika tidak diberlakukan sistem berkelanjutan, akan banyak yang dirugikan dari dampak yang dilakukan tersebut, seperti kerusakan lingkungan dan bencana- bencana yang akan berdapak pada warga sekitar. Namun pemerintah mengambil langkah preventif dalam mengatasi konflik tersebut yaitu dengan kolaborasi Indonesia – EU yang menghasilkan sebuah lisensi Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT). Seperti yang dikatakan seorang ilmuan senior Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) yaitu bapak Herry Purnomo, beliau mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk tidak bisa melakukan hal serupa untuk kelapa sawit, karena keberlanjutan kelapa sawit merupakan keunggulan dan jalan yang harus ditempuh.

Peran petani

Petani memiliki peran penting pada perkembangan bahkan pada pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Michael Brady seorang Ilmuwan utama CIFOR dan ketua tim riset Value Chains, Finance and Investment (VFI) bahwa ia mengatakan,tantangan terbesar dari industri sawit ini ialah membuat petani tetap untung meskipun para petani mengalami fluktuasi harga, biaya modal dan transportasi yang tinggi. Selain itu kurangnya pengalaman dalam bidang pertanian menjadi salah satu faktor utama dari masalah tersebut, meskipun lebih dari 40% perkebunan kelapa sawit dikelola sendiri oleh para petani.

 Dampak Industri pada Lingkungan Hidup 

Uni Eropa mencanangkan sebuah kebijakan melalui Pedoman Energi Terbarukan Uni Eropauntuk menghapus penggunaan kelapa sawit sebagai biofuel pada tahun 2030 nanti, hal ini memberikan tekanan pada produsen kelapa sawit Indonesia dan Malaysia yang merupakan 2 negara terbesar dalam memproduksi minyak kelapa sawit. Menurut Konsultan Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup,Michael Bucki yang juga merupakan Delegasi dari Uni Eropa ke Indonesia dan Brunei Darussalam, mengatakan bahwa masyarakat menginginkan perkebunan sawit berkelanjutan.

Saat ini pemerintah Indonesia telah bergerak menyempurnakan tata kelola sektor kelapa sawit, salah satu langkah pemerintah dapat terlihat pada keputusan moratorium izin perkebunan yang dicanangkan pada tahun 2018, dan pemerintah juga memiliki opsi kebijakan manajemen perkebunan kelapa sawit yang  juga sedang dijajaki saat ini.Reforma agraria di Indonesia akan mendorong petani menjadi aktor utama produksi buah sawit,” tambahnya, merujuk pada reformasi tenurial lahan inisiatif pemerintah.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun