Identitas Buku
Judul buku: Bendera Setengah Tiang
Pengarang: Annisa Lim
Penerbit: Coconut Books
Tahun Terbit: 2022
Jumlah Halaman: 296
 ISBN: 978-623-6456-29-3
Sinopsis
Sebuah tragedi Kejahatan hak asasi terjadi di kampus swasta yang mendapat predikat kampus paling transparan di negeri ini. Bermula dari diangkatnya berita mengenai kejahatan seksual oleh organisasi pers MahasiswaWarta Mahasiswayang  dipimpin Gibran Rajib Argani, kampus tiba-tiba membekukan seluruh kegiatan Warta yang berimbas pada gelombang kemarahan mahasiswa karena merasa pihak rektorat yang membekukan Warta erat kaitannya pada salah satu terduga pelaku yang tengah dilindungi para petinggi.
Gelombang kemarahan mahasiswa semakin tak terbendung saat tragedi lain terjadi di tengah kemelut kasus pembekuan Warta yang mengakibatkan sebuah aksi unjuk rasa besar antara organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang sosial dan hak asasi manusiaGEMARANserta beberapa fakultas dengan BEM dan DPM pecah. Sampai berujung dan melahirkan sejarah kelam baru yang dijuluki sebagai 'Tragedi Sabtu Berdarah' sebab beberapa mahasiswa yang dikenal aktif mengkritik kinerja kampus dan menyuarakan hak asasi tidak diketahui keberadaannya sampai hari ini.
Isi Resensi Buku
Bendera Setengah Tiang adalah novel yang menceritakan tentang salah satu organisasi dari Universitas Veteran 10 November. Organisasi yang sering disebut GEMARAN Gerakan Mahasiswa Veteran ini bergerak dibidang sosial dan hak asasi manusia. GEMARAN yang diketuai oleh Genta Ganendra sudah banyak melakukan aksi untuk menuntut hal yang melenceng dari aturan. Di dalam novel ini terdapat beberapa kasus yang coba Genta dan anggota GEMARAN lainnya tuntut keadilannya.
Pemberenderan organisasi pers mahasiswa Warta Mahasiswa yang tiba-tiba saja dibatasi kegiatannya membuat kecurigaan banyak mahasiswa. Hal ini bermula ketika Warta Mahasiswa mengangkat berita kejahatan seksual yang terjadi di lingkungan kampus. Mereka berusaha mengungkap pelaku dari kejahatan seksual ini, yang diduga merupakan orang petinggi kampus. Pihak kampus beranggapan bahwa Warta Mahasiswa melanggar peraturan kampus karena hal itu organisasi tersebut dibekukan.
Dalam usaha penuntutan keadilan yang dilakukan oleh Genta dan lainnya tentu tidak semulus itu. Pasalnya BEM Badan Eksekutif Mahasiswa dan DPM Dewan Perwakilan Mahasiswa yang seharusnya mengayomi dan menampung segala keluh kesah para mahasiswa malah terlihat acuh, seperti terlihat menjadi kaki tangan para petinggi kampus. Mereka seolah tuli dan buta dengan segala kejadian yang ada.
Ditengah gempuran kasus yang terjadi, muncul masalah baru yang menjadi pemantik kemarahan para mahasiswa yaitu runtuhnya gedung UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Sebelumnya Genta sempat mengajukan proposal perbaikan untuk gedung ini kepada BEM. Akibat runtunya gedung UKM ini terdapat dua mahasiswa meninggal dunia, dua mahasiswa mengalami cacat permanen, dan tiga mahasiswa terbaring koma. Dari tiga mahasiswa yang terbaring koma ini salah satunya adalah Genta Ganendra, Ketua GEMARAN dan juga orang yang mengajukan proposal perbaikan gedung UKM.
Atas kejadian ini tentunya menambah gelombang kemarahan para mahasiswa. Hal ini menimbulkan aksi unjuk rasa besar yang dikenal sebagai 'Tragedi Sabtu Berdarah'. Julukan ini tentu tidak muncul tanpa sebab yang pasti. Disaat mereka tengah melakukan aksi unjuk rasa yang dimulai dari tugu simpang tiga menuju rektorat, tiba-tiba menjadi tidak kondusif. Ada orang luar yang mengacau aksi ini dan menculik ke tujuh mahasiswa yang merupakah anggota GEMARAN.
Kelebihan Buku
Novel Bendera Setengah Tiang ini menawarkan tema yang sangat berbeda dengan kebanyakan kisah adaptasi alternative universe lain, yakni mengenai memperjuangkan keadilan yang erat kaitannya dengan politik dan kekuasaan.
Alur kisah dalam novel ini terstruktur dan dituliskan secara mendetail, sehingga pembaca dapat merasakan secara langsung perasaan yang dialami masing-masing tokoh, seolah-olah sedang berada didalam cerita.
Kisah para tokoh yang menarik simpati. Salah satu tokohnya yaitu Alan. Ia adalah anak yang serba berkecukupan secara materi, tetepi ia kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk bekerja.
Novel dituliskan dengan bahasa yang semi formal, dengan menggunakan pilihan kata yang indah dan tidak marak digunakan, tetapi masih mudah untuk dimengerti.
Kisah dalam novel Bendera Setengah Tiang ini dapat memberikan pesan positif tentang arti sebuah keluarga dan 'rumah'. Dan juga pembelajaran kepada pembaca mengenai arti keadilan, power atau kekuasaan, dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran.
Kekurangan Buku
Terdapat adegan dalam novel Bendera Setengah Tiang ini mengandung adegan kekerasan, sehingga tak dianjurkan untuk dibaca oleh anak yang berusia di bawah 18 tahun. Beberapa bagian dalam kisah ini juga dapat memicu bagi mereka yang memiliki trauma terkait pengalaman menjadi korban kekerasan atau korban pelecehan seksual, tetapi telah disertakan warning.
Time stamp dalam kisah ini tidak terlalu jelas.
Masih ditemukan kesalahan pada penulisan di beberapa bagian. Tetapi hal ini tidak mengganggu saat proses membaca.
Kesimpulan
Novel ini sangat cocok dibaca bagi penikmat buku dengan isu pendidikan dan politik kampus. Terdapat banyak pesan moral yang dapat diambil oleh para pembaca. Mulai dari menyikapi perbedaan pendapat dalam berorganisasi, mengenal arti 'keluarga' yang tidak hanya berarti keluarga kandung kita, tetapi teman bisa menjadi keluarga bagi kita.
Melalui novel ini, kita kembali disadarkan bahwa politik kekuasaan memang nyata adanya, bahkan mungkin sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh di kampus veteran ini, para petinggi kampus berusaha menutupi banyak kasus yang terjadi agar nama kampus tidak tercoreng. Mereka membungkam siapa saja yang berusaha untuk menyuarakan kebusukan internal kampus.
Dari novel Bendera Setengah Tiang ini juga, kita dapat belajar untuk meneladani sikap para anggota GEMARAN yang memiliki keberanian untuk menyuarakan sebuah keadilaan. Karena tak banyak orang yang memiliki empati bagi sesama seperti mereka, hingga memiliki keinginan untuk memperjuangkan hak dari para korban, baik korban kekerasan seksual, para Warta Mahasiwa, dan korban runtuhnya gedung UKM. Sikap mereka ini juga menjadi sebuah bentuk solidaritas yang tinggi.
Kita juga dapat meneladani sikap pantang menyerah yang dimiliki para anggota GEMARAN. Meskipun banyak pihak yang menentang mereka, tetapi GEMARAN tetap tak gentar untuk memperjuangkan apa yang mereka tuju, yakni keadilan bagi para korban. Kita hendaknya dapat menanamkan sikap pantang menyerah ini dalam segala kegiatan yang kita lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H