Mohon tunggu...
Helya Sani
Helya Sani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Saya suka Matcha

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Bendera Setengah Tiang

16 Desember 2024   13:02 Diperbarui: 16 Desember 2024   13:05 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Bendera Setengah Tiang

Kekurangan Buku

Terdapat adegan dalam novel Bendera Setengah Tiang ini mengandung adegan kekerasan, sehingga tak dianjurkan untuk dibaca oleh anak yang berusia di bawah 18 tahun. Beberapa bagian dalam kisah ini juga dapat memicu bagi mereka yang memiliki trauma terkait pengalaman menjadi korban kekerasan atau korban pelecehan seksual, tetapi telah disertakan warning.

Time stamp dalam kisah ini tidak terlalu jelas.

Masih ditemukan kesalahan pada penulisan di beberapa bagian. Tetapi hal ini tidak mengganggu saat proses membaca.

Kesimpulan

Novel ini sangat cocok dibaca bagi penikmat buku dengan isu pendidikan dan politik kampus. Terdapat banyak pesan moral yang dapat diambil oleh para pembaca. Mulai dari menyikapi perbedaan pendapat dalam berorganisasi, mengenal arti 'keluarga' yang tidak hanya berarti keluarga kandung kita, tetapi teman bisa menjadi keluarga bagi kita.

Melalui novel ini, kita kembali disadarkan bahwa politik kekuasaan memang nyata adanya, bahkan mungkin sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh di kampus veteran ini, para petinggi kampus berusaha menutupi banyak kasus yang terjadi agar nama kampus tidak tercoreng. Mereka membungkam siapa saja yang berusaha untuk menyuarakan kebusukan internal kampus.

Dari novel Bendera Setengah Tiang ini juga, kita dapat belajar untuk meneladani sikap para anggota GEMARAN yang memiliki keberanian untuk menyuarakan sebuah keadilaan. Karena tak banyak orang yang memiliki empati bagi sesama seperti mereka, hingga memiliki keinginan untuk memperjuangkan hak dari para korban, baik korban kekerasan seksual, para Warta Mahasiwa, dan korban runtuhnya gedung UKM. Sikap mereka ini juga menjadi sebuah bentuk solidaritas yang tinggi.

Kita juga dapat meneladani sikap pantang menyerah yang dimiliki para anggota GEMARAN. Meskipun banyak pihak yang menentang mereka, tetapi GEMARAN tetap tak gentar untuk memperjuangkan apa yang mereka tuju, yakni keadilan bagi para korban. Kita hendaknya dapat menanamkan sikap pantang menyerah ini dalam segala kegiatan yang kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun