Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Luar Kotak

15 Agustus 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Berpikir keluar dari kotak

Apa anda pernah mendengar kalimat ini? Entah di mana? Stiker? Coretan dinding?
Di blog lain? Ato di majalah? Ato Alhamdulillah kalo anda tahunya disini.


Sebenarnya apa sih berpikir keluar dari kotak itu? Kok sampai diposting segala??
Alasan kenapa saya mempostingnya disini karena masih terlalu banyak orang yang cara berpikirnya masih di dalam kotak, bahkan ketika orang itu keluar dari kotak, cara berpikirnya sama saja seperti ketika dia tersekap di dalam kotak.

Saya contohkan ada katak, apa yang anda tahu tentang katak? Suka melompat, ya, lha emank cara berjalannya dengan melompat. Coba kalo katak berjalan seperti orang.(kayak di film kartun) itu mengherankan? Atau bahkan anda akan ketakutan, atau bilang katak ini lagi sakit jiwa. (jika anda peduli, klo nggak ya dicuekin aja deh si katak ini).


Ini satu perumpamaannya.

Si katak muda ini biasanya melompat setinggi satu meter di tempat yang bebas. Lalu, dia ditempatkan secara sukarela dan disuruh keluarganya untuk berada didalam kardus tertutup yang ukuran sisi-sisi dan tingginya setengah meter (dirasanya ngga diapa-apain). Apa yang terjadi?? Ketika si katak melompat dengan kekuatan normalnya untuk melakukan lompatan setinggi satu meter. Dia kejedug. Percobaan kedua, kejedug lagi. Ketiga, kejedug lagi.dan seterusnya sampe berpuluh-pulh lompatan. Sejenak katak itu diam(ngrasain sakitnya punggung dia karena kejedug atap kardus). Lalu, katak itu mulai mengendurkan otot kakinya untuk melakukan lompatan yang lebih rendah agar tidak kesakitan(karena kejedug). Dan si katak tidak kejedug atap kardus itu lagi. Si katak berhasil melompat tanpa merasakan sakit lagi di punggungnya dengan melompat setinggi 40-45cm saja. Si katak merasa nyaman hanya melompat serendah itu. Diapun terus mengulang-ulang lompatan rendah itu sampai waktunya dia keluar dari kardus itu.

Walaaa. Setelah keluar, si katak tetap melompat, tetapi sekarang sudah tidak setinggi dulu lagi. Apa alasannya, "sakit kalau tinggi-tinggi, lompat rendah enak, ngga sakit". Dan seumur hidup katak itu melompat hanya 40-45 cm saja. Padahal dia bisa lebih tinggi dari itu. Katak itu hidup di alam bebas tetapi seakan-akan masih di dalam kardus untuk selamanya. Apakah anda seperti itu juga? Huh. Katak itu adalah perumpamaan untuk orang-orang yang THINK INSIDE THE BOX.


Apakah anda merasa apa yang sudah anda dapat selama ini (kenyamanan hidup/ kekayaan dan istri/suami yang aduhai maybe, realitas/fakta, pengalaman hidup/gelar)malah membatasi pikiran anda?
Sebenarnya tidak masalah jika kenyamanan, pengalaman, realitas anda membatasi ruang berpikir anda. Karena memang itu tujuan adanya pendidikan itu sendiri. (sesekali anda sepantasnya mampir ke sekolah smp ato sma anda. dan lihat, perubahan yang terjadi disana seperti apa.)

Tetapi akan menjadi masalah jika pengalaman, kenyamanan, realitas itu malah menjadi mainframe pikiran anda untuk menghadapi dunia yang selalu berubah ini.

Kenapa??

Perubahan yang terjadi akan SELALU MELEBIHI bayangan (khayalan yang selalu ditertawakan) kita sendiri walaupun sudah menjadi kenyataan. Jika hal-hal seperti itu masih menjadi mainframe, dapat dipastikan anda akan kesulitan menerima perubahan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun