Polisi itu memisahkan kedua preman dengan kerumunan massa dan membubarkan mereka.
Massa tanpa ada perasaan bersalah meninggalkan kedua preman yang babak belur itu. Polisi yang sudah kenal dengan preman di lingkungan itu menyuruh mereka ke rumah sakit untuk perawatan. Tapi mereka sok kuat,
"Tak apa pak, kami pulang saja."
Mereka pulang dengan jalan tertatih-tatih. Mereka melewati jalan perumahan dan mendapati mogenya yang diparkir di pinggir jalan hilang.
Mendengar cerita itu Bos Ersa tersenyum lalu turun dari tangga teras mendekati kedua anak buahnya, berdiri ditengah keduanya yang sedang berdiri di halaman rumahnya dan memberi ciuman pipi kepada kedua anak buahnya itu. Lalu Ersa merogoh saku jaket kulitnya, memberi uang satu juta untuk pengobatan dan kalau bersisa ia meminta mereka untuk mengajak teman-teman yang lain berpesta satu hari setelah itu. Ersa meminta mereka ke rumah sakit saat itu juga karena Ersa mau beristirahat. Ia juga berharap mereka tidak memikirkan masalah dengan orang yang dia suruh untuk dihajar. Dan mengingatkan mereka kalau Moge mereka biar diurus oleh pamannya.
"Ok bos"
Kedua preman itu lalu pergi ke rumah sakit terdekat menunggangi mobil yang dipinjami oleh Ersa. . Setelah itu Ersa masuk ke rumah dan menutup pintu depan. Ersa berbicara sendiri.
"Temanmu itu benar-benar menarik."
"Teman siapa kak?"
Risa mengagetkan kakaknya.
"Bukan siapa-siapa dik, tidur saja sana, sudah malam ini."