Jam 15.40 kami diberitahukan untuk segera naik pesawat melalui Gate F7, akhirnyaaaa……berangkat juga kita ke Belitung ;).
Memasuki pesawat melalui garbarata, menempati tempat duduk sesuai di boarding pass, kami semua bersiap untuk memulai tamasya ini. Setelah berkeliling cukup lama sebelum akhirya tepat pukul 16.30 pesawat Sriwijaya Air dengan no penerbangan SJ 052 take off dan terbang di ketinggian 26,000 kaki selama 45 menit. Setelah beberapa lama, dari jendela diketinggian, saya melihat pemandangan yang indah, danau–danau yang membiru, hijau bahkan coklat kehitaman dibeberapa titik. Serta hamparan padang hijau yang subur, yang kemudian kami tahu dari Bang Obi, guide kami, bahwa itu adalah lahan kelapa sawit.
Dan danau yang membiru adalah danau Kaolin destinasi pertama yang akan kami kunjungi sesampainya di Belitung nanti. Tak lama kemudian, kami mendengar pengumuman dari kokpit, bahwa sesaat lagi pesawat akan segera mendarat. Tepat pukul 17.20 waktu Tanjung Pandan, pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara Internasional H.AS.Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Walaupun sudah berstatus Bandara Internasional, Bandara ini bukan Bandara besar seperti Soetta di Tangerang, Banten ataupun Bandara Djuanda di Surabaya. Turun dari pesawat, kami hanya perlu berjalan kaki kurang lebih 5 menit, dan sampailahi di ruang tunggu dan ruang pengambilan bagasi yang tidak terlalu luas, serta langsung bisa melihat para penjemput yang sibuk memanjangkan leher melihat apakah ada sanak saudara mereka diantara penumpang yang baru tiba.
Sebelumnya bandara ini lebih dikenal dengan nama Bandara Buluh Tumbang. Namun semenjak booming novel Laskar Pelangi karya Andrea Hitara serta dibuatkan filmnya, ramai wisatawan yang domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Pulau ini. Dibawah kepemimpinan Bapak Bupati Sahani Saleh kala itu, Bandara Buluh Tumbang mengalami perbaikan dan pemugaran besar-besaran agar dapat menampung kunjungan para wisatawan.
Setelah selesai menikmati welcome meals, kembali ke Bus untuk segera bergabung dengan group 1 yang sudah menanti di Unique Bistro untuk bersama-sama menikmati makan malam (Whaaattt ??? Makan lagi ??? Seriusan ??? Haahaha…:P). Kembali melewati Tugu Satam, Bang Obi menceritakan mengenai batu Satam yang merupakan batu meteorit khas Indonesia yang ditemukan di pulau Belitung Timur. Batu ini berwarna hitam dan memiliki urat-urat yang khas, dan merupakan salah satu batuan langka. Batu satam terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun yang lalu. (sumber:Wikipediahttps://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Satam).
Diiringi hujan rintik-rintik, bus menuju ke BW Suite Hotel *4, tempat kami akan beristirahat 2 malam kedepan, tidak lebih 5-7 menit dari kawasan Pantai Tanjung Pendam. Bang Obi mengingatkan kembali jadwal kunjungan kami esok hari, dan berdoa semoga esok cuaca cerah, karena kami akan mengarungi Laut Cina Selatan menggunakan perahu tradisional, mengunjungi 2 Pantai dan 5 Pulau. Good night everyone, have a pleasant dream yo ;).
25 Maret 2017
Terbangun seperti hari biasanya, Pak Hans masih terlelap. Memberi semangat diri untuk segera bangkit dari kasur, bersiap-siap untuk city tour hari ini. Selesai mandi, iseng-iseng menuju balkon kamar, ternyata disajikan pemandangan pantai yang sangat indah disebelah kiri dan hamparan langit menjelang terbitnya matahari disebelah kanan. Indah banget pokoknya. Ambil kamera, gangguin Pak Hans yang masih di alam mimpi biar dia mau nemenin aku menyaksikan keindahan pagi ini, tapi dia tetap bergeming. Gak nyangka sisa kamarnya justru yang dipinginin banget sama Bos Iyan, beach view…..hahhahha, rejeki TL sholehah, merugilah Pak Hans yang tidak menyaksikan keindahan pagi ini :p.