Mohon tunggu...
Rony Tamat
Rony Tamat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peziarahan Manusia Mencari Kebahagiaan Sejati

17 April 2021   12:35 Diperbarui: 17 April 2021   13:31 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berpikir Adil itu milik hidup manusia, menjadi perkara tata hidup bersama yang memiliki fondasi nyata dalam hidup manusia sebagai manusia. Adil adalah natura dari kehadiran manusia dalam berelasi dengan sesamanya. Tetapi Adil sekaligus mencetuskan realitas yang kerap menjadi pertaruhan dalam hidup bersama (MM, 74).

            Secara jelas adil merupakan bukti dari kehadiran manusia dalam relasinya dengan sesama. Manusia bahagia harus adil dalam hidupnya. Ia tidak boleh semena-mena dalam melakukan segala tindakannya. Hendaknya ia bertindak sesuai dengan norma yang ada. Menjadi manusia bahagia berarti menjadi manusia yang adil. Adil terhadap sesamanya.  Karena manusia harus melihat sesama dalam kodratnya sebagai Aku yang lain. Aku yang membutuhkan bantuan.

            Adil terutama merupakan keutamaan yang tertuju kepada orang lain. Orang lain menjadi obyek keadilan. Mengapa? Karena aku dalam peziarahanku mencapai tujuan utama hidup, dibantu dan berjalan bersama yang lain. Jadi, orang lain juga mengalami seperti apa yang aku alami. Ia juga melakukan perjalanan untuk mencapai tujuan hidup.

            Keempat, menjadi manusia yang benar. Karena manusia telah mencapai kebahagiaan, manusia dituntut untuk menjadi yang benar. Lalu, jika manusia dituntut untuk benar, sebenarnya apa itu kebenaran? Wacana sehari-hari mengatakan, Benar berarti selaras dengan apa adanya, peristiwanya, realitasnya. Jika tidak sesuai dengan realitas, itu sebuah ketidak-benaran. Benar dan Ada adalah sama, identik.        

            Benar berarti manusia mengatakan apa yang terjadi sesuai dengan realitasnya sendiri. Benar menjadi omong kosong jika apa yang kita bagikan kepada sesama hanya berangkat dari ide-ide saja. Benar berangkat dari realitas atau fakta. Manusia yang bahagia untuk selalu bahagia hendaklah ia menjadi orang benar. Jika tidak, ia akan membohongi dirinya. Berbohong jika ia telah mencapai kebahagiaan.

            Kebenaran menggerakkan manusia yang bahagia. Ia membawa manusia untuk tidak sekedar menjadi penonton. Untuk tidak menjadi ‘penikmat’ yang sedang menikmati sandiwara dunia. Kebenaran mendorong manusia untuk senantiasa bergerak membantu Liyan, sesama, dan siapa pun. Manusia bahagia, jika ia mampu menjadi manusia yang benar. Menjadi manusia yang tulus dan bukan manusia yang munafik.

            Dalam tradisi Kristen Kebahagiaan akan terwujud jika manusia dalam mencapai peziarahannya mengenal Sang Kebenaran Tertinggi. Sebab hanya dengan mengenal Sang Kebenaran Tertinggi, smanusia dapat dengan mudah mencapai kebahagiaannya. Kebenaran membantu manusia untuk menemukan makna terdalam dari peziarahannya. Ia dibantu oleh Sang Kebenaran Tertinggi dalam mencapai kebahagiaan. Bahagia menjadi mutlak jika yang menjalankannya adalah makhluk yang benar. Makhluk yang senantiasa berbicara, bersaksi, dan berkata benar dalam hidupnya.

            Singkat kata, ketika manusia telah mencapai kebahagiaan, Ia mesti membagi atau memberikannya kepada sesama. Membagi itu haruslah tanpa perhitungan, tidak dengan sungut-sungut. Melainkan membagi dengan tanpa pamrih. Praktisnya ketika manusia bahagia, ia harus melakukan hal-hal utama lainnya. Hal utama yang lain itu adalah menjadi manusia yang bebas, manusia yang bertanggungjawab, adil, dan manusia yang benar. Hal-hal ini juga haruslah mengalir dalam seluruh segi atau norma-norma kehidupan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun