Negara tetangga mati-matian memberi beasiswa dan mengirim SDM dokter mereka ke luar negeri untuk menjadi dokter spesialis, sedangkan disini? Jangankan beasiswa, yang ada malah mati-matian menghambat orang menjadi dokter spesialis dengan segala regulasi yang ada.
Itu kita bicara SDM, fasilitas operasi jantung jdan ICU anak tidak kalah memprihatinkan, hanya ada di kota-kota super besar seperti misalnya Jakarta dan Surabaya, itupun dengan antrian operasi ribuan anak dimana perlu waktu tunggu 1-2 tahun dan seringkali akhirnya sudah meninggal terlebih dahulu karena terlambat.
Apa yang dilakukan wakil rakyat kita? Mereka sibuk merencanakan dan bermimpi akan gedung DPR baru dan proyek-proyek lainnya. Mereka tidak sadar, atau bahkan tidak mau peduli bila anggaran "menyamankan" dan "memewahkan" ruangan mereka = Â kesempatan pembangunan ruang operasi untuk anak-anak ini, dimana secara tidak langsung merenggut kesempatan mereka hidup (nyawa anak-anak ini).
Anak-anak adalah prioritas pertama dalam hal dan situasi apapun juga, itu sudah etika umum yang tertulis di hati nurani manusia. Bila sebuah kapal tenggelam dan jumlah sekoci tidak cukup, anak-anaklah yang pertama ditolong.Â
Tapi kita beda, saat kapal tenggelam (anggaran terbatas), anak-anak kita buang ke laut (dikorbankan) dan para dewasa berpesta pora (korupsi).
Finalnya yang lebih lucu lagi, adalah alat kesehatan, termasuk didalamnya kebutuhan operasi, yang ternyata kena pajak barang mewah!Kesehatan dan nyawa orang menjadi komoditas sexy bahkan mafia-mafia di bidang kesehatan sudah menjadi rahasia umum yang tidak pernah bisa tersentuh selama ini, jauh lebih sakti daripada mafia minyak.
Negara memilih menyelamatkan para dewasa, perokok, pemakan lemak yang kena koroner, dst daripada anak-anak ini melalui sistem BPJS yang ada.
Kita menyalahkan sebuah RS swasta karena kasus Debora, tanpa menyadari bahwa negara inipun menganut sistem "swasta". Semua kebijakan diambil berdasarkan untung saya apa? Untung kelompok kami apa?
Minimal 40 bayi/anak meninggal dalam diam setiap harinya, sebuah jumlah yang cukup luar biasa.
Mereka memang tidak mempunyai kekuatan media, tetapi nyawa mereka akan ditanggungkan kepada para pembuat kebijakan dan siapapun kita, orang dewasa yang hanya duduk diam melihat ini semua.
#saveBayiPJB