Mohon tunggu...
Hipertensi Paru
Hipertensi Paru Mohon Tunggu... -

Tentang Hipertensi Paru dan kondisi terkait, serta kebijakan kesehatan dan obat di Indonesia. www.HipertensiParu.org

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ternyata Ribuan Bayi Bernasib Sama seperti Bayi Debora

6 Oktober 2017   12:40 Diperbarui: 6 Oktober 2017   13:22 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya dalam waktu 1 bulan, kasus bayi Debora sudah tenggelam tanpa kelanjutan yang jelas. Euforia komentar para pejabatpun hilang, mereka sibuk mengkomentari isu-isu baru terkini untuk tetap bisa eksis di media.

Seperti biasa juga, hanya komentar, bukan tindakan apalagi kebijakan yang tuntas.

Sebagai contoh, ternyata ribuan bayi di Indonesia selama ini bernasib sama seperti bayi Debora, mereka meninggal di tahun pertama kehidupan mereka karena Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

Bukan hanya ribuan, tetapi minimal 13.500 nyawa dan itu terjadi berulang setiap tahun!Miris sekali bukan?Dari sekitar 4juta bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, sekitar 32-40ribu diantaranya lahir dengan PJB, dan 50%nya harus dioperasi.

Tetapi karena SDM dokter dan fasilitas yang kurang, setiap tahun hanya 1500 anak yang tertangani, dan sisanya, yaitu sekitar 13.500-18.500 anak, "DIBIARKAN" meninggal dunia tanpa sempat dioperasi, dimana sebagian besar dari mereka meninggal dunia di tahun pertama seperti Debora, sebagian lagi bertahan dan harus menghadapi komplikasi seperti Hipertensi Paru, suatu penyakit yang fatal dan menyebabkan disabilitas saat mereka beranjak dewasa.

Mengapa terkesan "dibiarkan?" Karena kondisi sdm dan fasilitas operasi jantung anak yang memprihatinkan. Masuk akalkah jumlah Dokter Bedah Jantung Anak < 10 jari untuk negara sebesar dan penduduk sebanyak Indonesia? Dimana pemerintah dan semua pihak terkait (wakil rakyat, institusi kedokteran itu sendiri) selama puluhan tahun ini? Mengapa mereka hanya muncul saat ada kasus yang sedang heboh di media saja? 

Muncul hanya untuk basa basi..

Supaya terlihat seakan-akan turut peduli..

Dan tidak lupa, pura2 mengeluarkan sanksi..

Setelah itu? Bye bye... kami sibuk, urusan kami banyak, yang penting anak cucu kami kalo kena PJB kan masih ada dokter di Singapura, haha.

Anak orang lain meninggal dunia ya hamil lagi, gitu saja kok repot. Itukah yang mungkin berada di benak mereka? Entahlah, karena sangat tidak masuk di akal bila selama puluhan tahun hanya ada <10 Dokter Bedah Jantung Anak, bila bukan "sengaja" dihambat oleh banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun