Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Alegori Sri Lanka: Cerita Hancurnya Negeri Ceylon

1 Desember 2022   15:12 Diperbarui: 1 Desember 2022   15:47 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Mahinda Rajapaksa (Presiden Sri Lanka)  dengan Xi Jinping (Presiden Tiongkok)Sumber: Sri Lankan Ministry of Foreign Affair

Bantuan Pupuk

Dikarenakan sempat adanya larangan penggunaan pupuk kimia, Sri Lanka mengalami kegagalan panen yang berimplikasi kepada turunnya beberapa komoditas pertanian baik untuk keperluan domestik maupu ekspor. World Bank mengucurkan dana sebesar 9 juta USD. Tercatat bahwa Sri Lanka memerlukan 150.000 metrik ton pupuk untuk penanaman padi di masa panen 'Maha'. Tanggapan darurat World Bank mendukung pengadaan urea untuk memenuhi kebutuhan pupuk hampir 1 juta petani padi kecil pada musim utama penghasil beras 'Maha'. Pupuk tersebut akan didistribusikan kepada petani kecil melalui Agrarian Service Center (ASC) ke seluruh pulau dengan harga 10.000 LKR per 50 Kg.berdasarkan persyaratan luas lahan yang disiapkan untuk penanaman padi. Petani kecil yang bertani hingga 2 hektar padi akan memenuhi syarat untuk dapat membeli urea dari ASC. 

Konklusi 

Sri Lanka, yang dulunya terkenal dengan komoditas pertaniannya dan pesona turismenya di kancah internasional, kini dicakup oleh serba-serbi masalah di dalam negeri. Berbagai macam kebijakan populis telah dicanangkan oleh pemerintah, tetapi ada juga yang tidak didasarkan pada penelitian, perencanaan, dan rekomendasi yang mendalam. 

Kebijakan-kebijakan tersebut menyebabkan defisit anggaran berkelanjutan dari tahun ke tahun dan penggunaan utang luar negeri yang tidak terarah. Pada akhirnya, beberapa kebijakan tersebut tidak berakhir baik, dan bahkan menjadi penyebab krisis itu sendiri.

 Lebih buruknya, beberapa kebijakan countermeasure atas terhadap kegagalan-kegagalan tersebut tidak dilakukan dengan tepat guna, tetapi terkesan populis. Contoh buruknya adalah ketika Sri Lanka mengalami krisis cadangan dolar, pemerintahya merespon dengan kebijakan larangan impor barang esensial dan non-unggul secara komparatif, yakni pupuk kimiawi. Sehingga, kebijakan tersebut merusak sektor pertanian, dan kini Sri Lanka mengalami krisis pangan akibat sektor riil pertanian yang rusak disertai dengan sektor eksternalnya yang tidak mampu mengompensasi produksi komoditas pertanian di sana. 

Sri Lanka dalam kondisi krisis yang kompleks ini dan dengan berbagai tantangan multidimensi, diharapkan dapat melakukan studi dan analisis empiris terhadap berbagai krisis sebelumnya, seperti krisis Amerika Latin 1980 dan krisis finansial di Asia 1997. Negara-negara Asia Timur dan  Tenggara berhasil bangkit dari krisis karena adanya reformasi yang baik dan tepat, serta diperlukan restrukturisasi utang agar meningkatkan ketahan Sri Lanka. 

Maka, Sri Lanka dapat meniru proses pemulihan krisis negara-negara tersebut (Timmer, 2022). Terdapat dua pembelajaran dari krisis finansial di Asia yang dapat diterapkan oleh Sri Lanka, (1) perhitungan jangka pendek dibutuhkan untuk mengetahui kelemahan struktural dan memitigasi external shocks dan kokoh dalam menghadapi future shock dan (2) pengambilan kebijakan yang terukur dan kritis untuk mendorong future growth. (World Bank, 2022). 

 Referensi:

  • Central Bank of Sri Lanka. 2022. "Inflation: Y-o-Y % Change in CCPI and NCPI." Central Bank of Sri Lanka. https://www.cbsl.gov.lk/en/economic-and-statistical-charts/inflation 

  • Etsuyo, A. 2022. Sri Lanka's Economic Crisis: A Chinese Debt Trap? Nippon.Com., 11 Oktober. https://www.nippon.com/en/in-depth/d00840/

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
    Lihat Kebijakan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun