Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Alegori Sri Lanka: Cerita Hancurnya Negeri Ceylon

1 Desember 2022   15:12 Diperbarui: 1 Desember 2022   15:47 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Mahinda Rajapaksa (Presiden Sri Lanka)  dengan Xi Jinping (Presiden Tiongkok)Sumber: Sri Lankan Ministry of Foreign Affair

Pembagian kelompok tersebut masih terbagi menjadi beberapa sub kelompok berdasarkan agama, kaum Sinhala didominasi agama budha, Tamil didominasi agama hindu, dan Moor didominasi agama muslim. Kondisi sosial dan politik Sri Lanka semakin parah setelah kemerdekaan sejak kaum Sinhala memonopoli politik, ekonomi, dan kekuasaan pada negara, hingga terjadi perpecahan dan perang antara Sri Lanka army dan LTTE (pasukan Tamil) yang berlangsung sekitar 25 tahun.

Konflik terjadi di daerah Utara dan Timur, di mana kaum Tamil mendominasi wilayah tersebut. Dampak dari konflik tersebut adalah adanya korban jiwa sekitar 10 ribu dari kedua belah pihak (Subramanian, 2015). Kaum Tamil yang tertangkap oleh tentara lawan dipindahkan dan banyak dari mereka menjadi pengungsi di wilayah India (Chattoraj, 2021). 

sGambar 2. Konflik Civil War Sri LankaSumber: iPleaders
sGambar 2. Konflik Civil War Sri LankaSumber: iPleaders
Perang saudara selesai pada 2009 dengan kaum Sinhala atau Sri Lanka army memenangkan perang. Sejak saat itu, kaum Tamil dianggap masyarakat berbeda kelas sosial dan diperlakukan tidak layak oleh pemerintah. Satu dekade setelah perang selesai, kondisi negara cenderung stabil. 

Namun, perang membuat ekonomi Sri Lanka terkendala, struktur ekonomi masih sama seperti zaman kolonialisme. Permasalah tersebut adalah pemerintah tidak melakukan pengukuran serius dan presisi dalam mengelola ekonomi dan diversifikasi antara aktivitas ekonomi atau industiralisasi (Perumal, 2021).

Konflik civil war yang mereda membuka langkah baru bagi ekonomi Sri Lanka dengan adanya bantuan dari International Monetery Fund (IMF). Pada masa kepemimpinan Mahinda Rajapaksa 2005-2015 terinisaisi reformasi neoliberal ekonomi, Sri Lanka melakukan pinjaman 2,6 miliar USD dari IMF (Ramakumar, 2022). 

Adanya tekanan dari pemberi dana membuat Sri Lanka melakukan reformasi ekonomi dengan mengurangi budget defisit dan fiskal defisit, memotong ekspenditur publik, dan mendorong sektor privat dan kompetensi. Namun, reformasi ini tidak berjalan efektif karena kondisi perekonomian miskin. 

Saat ini Sri Lanka memiliki utang 51 miliar USD dengan pemberi pinnjamanya adalah IMF, World Bank (WB), Asia Development Bank (ADB), Tiongkok, India, Jepang, dan Bangladesh, serta masih akan menambah utang dari negara-neegara tetangga untuk menyelesaikan krisis (Sebastian, 2022).

Perjalanan Sri Lanka Menuju Krisis: Kekeliruan Kebijakan

Gambar 3. Mahinda Rajapaksa (Presiden Sri Lanka)  dengan Xi Jinping (Presiden Tiongkok)Sumber: Sri Lankan Ministry of Foreign Affair
Gambar 3. Mahinda Rajapaksa (Presiden Sri Lanka)  dengan Xi Jinping (Presiden Tiongkok)Sumber: Sri Lankan Ministry of Foreign Affair

Reformasi ekonomi yang dilakukan di rezim Mahinda Rajapaksa tidak berjalan mulus. Adanya kekeliruan manajemen kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya menjadi latar belakang perjalanan buruk Sri Lanka itu sendiri. 

Beberapa porsi dana belanja negara pada masa pemerintahannya digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur nan megah, tetapi berakhir tidak efektif atau tidak berguna. Selain itu, dalam lima tahun terakhir kepemimpinan Mahindra Rajapaksa, performa kebijakan fiskal Sri Lanka selalu berada di ambang defisit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun