The Game Theory of Panic Buying
Menurut Puja Mehra (2021), panic buying dapat digambarkan sebagai fenomena yang rasional. Dengan menggunakan teori ekonomi, ia menyatakan bahwa panic buying merupakan bentuk strategi pengambilan keputusan pada Nash equilibrium dalam  game theory. Game theory diyakini beberapa ahli sebagai model yang dapat menjelaskan bagaimana perilaku konsumsi masyarakat berubah dari normal buy ke panic buy akibat tindakan konsumen lain.
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat dua equilibrium yang tercapai seiring dengan adanya perubahan perilaku konsumen. Equilibrium pertama tercapai ketika semua konsumen memilih untuk membeli secara normal (normal buy) dan equilibrium yang kedua tercapai ketika semua konsumen melakukan panic buy (Puja Mehra, 2021). Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh S.Taylor (2021) bahwa seorang pembeli akan melakukan panic buy ketika pembeli-pembeli lain melakukan stockpiling karena pembeli tersebut percaya bahwa persediaan barang akan menipis.Â
Walaupun dianggap dapat menjelaskan bagaimana panic buying dapat terjadi, The game theory ternyata memiliki beberapa kelemahan. Berdasarkan S.Taylor (2021), teori ini tidak menjelaskan alasan sebagian orang tidak melakukan panic buy dan alasan suatu produk menjadi target dari panic buying ini. Selain itu, teori ini hanya berdasarkan pada logic decision-making dan mengabaikan faktor emosional (S.Taylor, 2021). Oleh karena itu, teori ini tidak dapat menjadi satu-satunya acuan untuk melihat faktor terjadinya panic buying.
Panic Buying selama Pandemi : Global vs Lokal
Global
Kasus panic buying melonjak di berbagai negara semenjak pandemi. Grafik 3 menunjukkan tingkat penjualan dibandingkan tahun lalu dan awal mula munculnya stockpiling oleh beberapa negara pada awal pandemi (IRI, 2020). Penimbunan barang di beberapa negara seperti Italia, Belanda, Prancis, dan Jerman sudah mulai terjadi sejak bulan Februari, sedangkan negara lain menyusul pada bulan Maret. Tren penjualan mengalami kenaikan yang signifikan pada bulan Maret. Hal ini menandakan adanya panic buying yang tinggi pada bulan  ini.
Barang-barang yang berkaitan dengan proteksi virus, seperti masker dan hand sanitizer menjadi target utama dari adanya tindakan menimbun dan panic buying ini. Berdasarkan data dari Statistics Canada (2020), penjualan pada hand sanitizer meningkat hingga 792% pada minggu pertama bulan Maret 2020 dibandingkan tahun lalu. Selain itu masker dan sarung tangan juga dilaporkan meningkat sebesar 116% pada minggu tersebut (Statistics Canada, 2020). Selain barang-barang ini, S.Taylor (2021) menyebutkan tisu toilet, makanan, perlengkapan kebersihan, dan obat-obatan sebagai target dari panic buying. Di Amerika Serikat dan Cina, panic buying juga terjadi pada obat-obatan seperti suplemen dan obat herbal  (Smith, 2020, Kostev & Lauterbach, 2020 ; Liu et al., 2020).
Lokal