Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Childfree: Stepping Up Women's Freedom of Choice Against a Falling Economy

3 November 2021   18:00 Diperbarui: 3 November 2021   19:56 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafik 2. Effect of Becoming a Father on Ln Annual Earnings: NLSY 1979-2006

Dalam masyarakat yang heterogen keputusan fertilitas, keputusan kepemilikan anak, selain dipengaruhi oleh faktor sosial, dipengaruhi juga oleh perubahan pendapatan. Namun, bagaimana perubahan pendapatan mempengaruhi keputusan individu berbeda satu sama lain. Menurut Thomas (1999) dampak perubahan pendapatan pada tingkat kesuburan merefleksikan dua mekanisme yang berbeda. Pertama, semakin tinggi pendapatan berimplikasi pada lebih banyak sumber daya yang dialokasikan pada pengkonsumsian barang dan merawat anak sehingga keberadaan anak diasumsikan serupa dengan barang normal. Kedua, ditemukannya kecenderungan individu dengan pendidikan tinggi yang memperoleh pendapatan tinggi menyiratkan tingginya nilai pasar waktu yang dimiliki, sedangkan kegiatan membesarkan anak diasumsikan sebagai kegiatan yang menghabiskan banyak waktu. Oleh karenanya, ia akan mengurangi kepemilikan anak. Namun, interaksi antara peningkatan pendapat dengan penurunan jumlah anak tidak serta merta menjadikan anak sebagai barang inferior sebab kenaikan pendapatan mengakibatkan orang tua berinvestasi pada kualitas daripada kuantitas. Akibatnya, terjadi peningkatan kos yang dikeluarkan per anak dan perubahan kualitas anak. Hal ini memberikan impresi yang melenceng terkait posisi anak sebagai barang inferior. Nagarajan(1980) berpendapat hubungan antara pendapatan dan kesuburan ialah hubungan yang nonlinear. Peningkatan pendapatan akan turut meningkatkan kepemilikan anak hingga mencapai level tertentu, setelahnya keputusan kepemilikan anak  akan menjadi divergen. 

Social Contract Between Parents and Childfree Couples 

Dalam ekonomi, seorang anak dapat didefinisikan sebagai: barang konsumsi tahan lama yang menyediakan arus utilitas kepada orang tua; barang investasi dengan return tertentu; dan barang publik dengan eksternalitas positif dan negatif. Pertumbuhan populasi, dapat, misalnya, memfasilitasi skala ekonomis yang menguntungkan semua orang (Casal & Williams, 2004). Menurut Olsaretti (2013) anak merupakan aset ekonomi yang akan menjadi tenaga kerja di masa depan. Akan tetapi, di samping manfaat yang diberikan dari anak, terdapat biaya-biaya yang tidak murah baik secara eksplisit maupun implisit. Dan, meskipun biaya dari seorang anak semakin meningkat, motif untuk memiliki dan membesarkan anak didasari pada nilai-nilai, norma, dan preferensi yang cenderung sulit untuk berubah (Folbre, 1994). Olsaretti (2013) memaparkan bahwa motivasi dari bantuan terhadap keluarga juga didasari oleh persamaan gender, sebagai bentuk untuk memastikan bahwa perempuan tidak mengalami ketidakadilan karena melakukan sebagian besar tindakan pengasuhan. 

Keputusan memiliki anak sepenuhnya adalah milik orang tua. Maka, secara eksplisit, biaya hidup dan perawatan anak ditanggung oleh orang tua yang sepenuhnya sadar akan konsekuensi biaya dan beban-beban dari memiliki anak. Ketika orang tua tidak mampu memenuhi secara maksimal kebutuhan dasar anak, masyarakat harus menanggung beban tersebut dalam bentuk pungutan pajak. Masyarakat masih mengharapkan keluarga (sebagai institusi) untuk menjalankan fungsi sosialnya yang vital, dan menanggung adanya peningkatan biaya yang muncul dari fungsi-fungsi tersebut, sementara sebagian besar manfaatnya telah menjadi usang atau disosialisasikan untuk kesejahteraan umum (Burggraf, 1993). Tindakan tersebut kemudian ditentang oleh Rakowski (1991) dengan argumen, "Babies are not brought by storks whose whims are beyond our control. Specific individuals are responsible for their existence." Maka dari itu, dari segi egalitarianisme sumber daya, subsidi orang tua gagal memenuhi kesetaraan. 

Akan tetapi, mensosialisasikan biaya dapat menghasilkan manfaat yang maksimal apabila orang tua memproduksi eksternalitas positif secara maksimal dan benar. Anak-anak, dalam pandangan ini, adalah barang publik yang bermanfaat bagi orang tua dan non-orang tua, dan manfaatnya disosialisasikan lebih efektif daripada biayanya (Folbre,

2008). 

Environmental Effect of Children

Tantangan terbesar bagi ekologi dan biodiversitas saat ini adalah disrupsi iklim global sebagai implikasi dari peningkatan gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Dampak langsung dari perubahan iklim global yang dirasakan langsung oleh manusia membuat perhatian pada isu-isu lingkungan semakin meningkat. Pola konsumsi dan produksi yang terjadi di masyarakat mulai berorientasi pada lingkungan, seperti penggunaan high-mileage car dan sepeda sebagai alat transportasi, daur ulang sampah rumah tangga, penggunaan peralatan hemat energi, dan lain-lain. Akan tetapi, usaha-usaha tersebut tidak sebanding dengan pengontrolan pertumbuhan populasi dalam pengurangan emisi CO2

Grafik 3. Pengurangan emisi dari berbagai usaha pengurangan emisi/https://flygrn.com/
Grafik 3. Pengurangan emisi dari berbagai usaha pengurangan emisi/https://flygrn.com/

Pada tahun 2015, populasi dunia mencapai lebih dari 7,3 miliar orang. Dua puluh sembilan tahun kemudian, yaitu pada tahun 2050, populasi dunia diprediksi mencapai 9,2 miliar orang (UN, n.d.). Manusia tidak hanya mengambil peran sebagai pengguna sumber daya tetapi juga penghasil produk limbah. Dovers dan Butler (2015) memaparkan Implikasi dari overpopulation terhadap lingkungan mengambil dua bentuk utama berupa: 1) konsumsi sumber daya seperti tanah, makanan, air, udara, tenaga fossil, dan mineral; dan 2) produk limbah sebagai akibat dari konsumsi seperti polusi udara dan air, bahan beracun dan gas rumah kaca. Manusia dan aktivitas manusia secara bersamaan memiliki kontribusi besar terhadap perubahan proses geologi dan perubahan iklim. The Anthropocene epoch, merupakan era saat ini ketika manusia dan aktivitas manusia menjadi kekuatan geofisika global baru (Dovers et. al, 2015).  The Anthropocene epoch berbeda dengan zaman geologis sebelumnya yang mendefinisikan perubahan iklim dan proses geologis sebagai akibat dari waktu.

Ukuran kapasitas bumi menjadi perdebatan yang panjang dan masih berlangsung sampai saat ini. UNEP Global Environmental Alert Service (2012) mengumpulkan studi-studi yang mengestimasi kapasitas bumi. Sebanyak 65 studi berbeda yang membahas estimasi kapasitas bumi, ditemukan sebanyak 20 studi yang mengestimasi sebesar kurang dari 16 miliar jiwa. Akan tetapi, pertimbangan yang berdasar pada kuantitas saja menjadi tidak sempurna untuk mengukur kapasitas bumi. Konsumsi sumber daya juga perlu untuk diperhatikan. Di seluruh dunia, konsumsi sumber daya terjadi secara berbeda dan tidak merata. Rata-rata kelas menengah Amerika mengkonsumsi 3,3 kali tingkat subsisten makanan dan hampir 250 kali tingkat subsisten air bersih sehingga kapasitas bumi hanya mencapai 2 miliar orang (Dovers et. al, 2015). Perbedaan konsumsi terjadi di berbagai belahan dunia, mengakibatkan jejak karbon mengalami perbedaan pula. Dalam kondisi saat ini, seorang anak yang lahir di Amerika Serikat akan bertanggung jawab terhadap hampir tujuh kali emisi karbon dari anak yang lahir di China dan 168 kali dari anak yang lahir di Bangladesh (Murtaugh & Schlax, 2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun