Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjaga Ketahanan Pangan Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

22 November 2020   18:33 Diperbarui: 22 November 2020   22:04 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah banyaknya sektor yang terpukul, pertanian merupakan salah satu sektor penyusun Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap tumbuh positif. PDB sektor pertanian pada kuartal II-2020 tumbuh sebesar 2,19% secara tahunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penopang utama pertumbuhan PDB sektor pertanian kuartal sebelumnya berasal dari subsektor tanaman pangan. Subsektor tanaman ini tumbuh sebesar 9,23% secara tahunan, diikuti pertumbuhan sektor hortikultura sebesar 0,86% secara tahunan. 

Lalu, sektor tanaman perkebunan meningkat sebesar 0,17%, serta sektor peternakan dan jasa pertanian dan perburuan masing-masing sebesar minus 1,83% dan 2,36% (Katadata, 2020). Relative resilient-nya sektor pertanian juga dikonfirmasi oleh proyeksi dari the Economist Intelligence Unit (EIU) (2020) untuk perekonomian Indonesia edisi bulan April lalu. 

Sebagai dampak dari pandemi COVID-19, EIU merevisi pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 3.0% menjadi -1.5% (terkoreksi -4.5%) dan sektor jasa sebesar 7.2% menjadi 2.4% (terkoreksi -4.8%), sedangkan pertumbuhan sektor pertanian hanya direvisi dari 4.1% menjadi 3.2% (-0.9%) (Yusuf et al., 2020). 

Jayanya sektor pertanian di tengah kelimbungan perekonomian tak lepas dari adanya faktor panen musiman. Pertumbuhan subsektor itu didukung oleh pergeseran musim panen padi yang terjadi pada bulan April berbeda dengan tahun 2018 dan 2019 yang berlangsung pada bulan Mei (Katadata, 2020). 

Tak terpengaruhnya sektor pertanian oleh krisis COVID-19 kembali memperlihatkan bahwa pertanian merupakan sektor penyangga (buffer sector) di tengah-tengah krisis (Yusuf et al., 2020). Hal ini tentunya mengulang pencapaian sektor pertanian pada krisis 1998 yang masih mampu tumbuh positif sekitar 0,26%. Padahal, pertumbuhan ekonomi nasional sedang ambruk hingga mencapai nilai minus (-13,10%) pada saat itu (Media Indonesia, 2019). Namun, tidak terpengaruhnya sektor pertanian secara umum bukan berarti menjamin ketahanan pangan Indonesia secara khusus akan baik-baik saja.

Ketersediaan Beras di Indonesia

Rantai pasokan dan produksi bahan pangan pada masa pandemi COVID-19 telah menjadi kekhawatiran kolektif bagi ketahanan pangan di dunia, termasuk Indonesia. Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok. 

Pengalaman telah membuktikan bahwa gangguan pada ketahanan pangan, seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional (BULOG, 2014). Untuk kembali berkaca pada situasi saat ini, Indonesia bisa melihat bagaimana kemampuan cadangan beras hingga akhir tahun nanti. 

Berdasarkan catatan Kementan yang mengacu pada data BPS, konsumsi masyarakat tercatat sebesar 111 kilogram per kapita per tahun. Lantaran penduduk Indonesia berjumlah 267 juta jiwa, maka stok beras per bulan yang dibutuhkan negara mencapai 2,4-2,5 juta ton atau setara dengan 30 juta ton beras per tahun. 

Pada masa tanam pertama, yakni pada Januari hingga Juni 2020, gabah hasil produksi yang dihasilkan oleh lahan seluas 5,8 juta hektare tercatat sebanyak 29,02 juta. Adapun beras yang dihasilkan dari gabah itu mencapai 16,65 juta ton, sedangkan stok beras pada Desember 2019 terdata masih 5,94 juta ton. 

Dari total produksi beras ditambah sisa sebelumnya, total stok yang dimiliki negara selama semester pertama mencapai 22,29 juta ton. Adapun konsumsi per Januari hingga Juni ialah 15,10 juta ton. Bila dikurangi total konsumsi masyarakat, hingga Juni 2020, cadangan beras yang dimiliki Indonesia berjumlah 7,49 juta ton. Stok ini akan bertambah dari produksi beras yang dihasilkan pada masa tanam kedua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun