Nilai Jual
Setidaknya terdapat tiga faktor yang membuat nilai jual dari streetwear sangat tinggi, yaitu yang pertama adalah karena kebutuhan akan pengakuan sosial. Menurut Dr. Dimitrios Tsivrikos, psikolog konsumsi dari University College London, manusia mempunyai kecenderungan untuk mengoleksi sesuatu yang merepresentasikan identitasnya.Â
Zaman dahulu, suku-suku primitif menghias diri mereka dengan bulu-bulu atau batuan yang berharga untuk membedakan mereka dari anggota suku lainnya serta merupakan upaya untuk memikat lawan jenis. Dengan logika yang sama, mengoleksi dan mengenakan streetwear merupakan cara seseorang untuk membangun identitasnya.Â
Namun, realitanya tidak semua orang mengetahui bahwa kaus oblong yang kita pakai merupakan barang langka seharga puluhan juta rupiah. Hal tersebut menurut Dr. Tsivrikos bukan suatu masalah. Karena tujuannya bukan untuk menunjukkan identitas ke semua orang, tetapi hanya ke beberapa yang mempunyai hobi serupa. Dengan kata lain, mereka mengenakan streetwear hanya untuk membuat kagum segelintir orang.
Faktor kedua yang memengaruhi adalah perihal orisinalitas. Jonathan Gabay, dalam bukunya yang berjudul Brand Psychology: Consumer Perceptions, Corporate Reputations, menjelaskan bahwa konsumen tidak peduli terhadap siapa desainer dan nilai estetik produknya, yang terpenting adalah cerita dan nilai historis apa yang direpresentasikan oleh merek tersebut.Â
Komunitas hip-hop dan skate jalanan melahirkan kultur streetwear sebagai reaksi dari subordinasi sosial yang mereka alami. Fakta bahwa konsumen mengimplementasikan gaya hidup tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap status quo membuatnya menjadi sesuatu yang orisinil dan keren. Melalui gaya hidup tersebut, mereka punya idealisme dan prinsip yang mereka anut sebagai sebuah komunitas.Â
Dengan kata lain, mengenakan streetwear sama halnya sebagai bentuk afirmasi terhadap prinsip kebebasan, kesetaraan, dan perlawanan sosial yang dianut komunitas skate awal.
Faktor ketiga adalah perihal eksklusivitas. Seperti yang dikatakan oleh Tayler Prince-Fraser, salah satu administrator SupTalk dalam salah satu wawancaranya dengan Vice, "Orang-orang ini membayar uang untuk streetwear bukan untuk fungsionalitas, nilai estetik desain, ataupun kemewahannya. Namun, untuk bilang ke dunia bahwa ini loh gue pake Supreme." Selain itu, tidak semua orang mampu untuk membeli barang tersebut. Hal itu menjadi sebuah keistimewaan tersendiri bagi penggunanya.
Strategi
Sebenarnya strategi yang digunakan produsen Streetwear dalam menciptakan dan menjaga image esklusivitas produknya adalah dengan sebuah teori ekonomi yang sederhana, yaitu hukum permintaan dan penawaran.Â
Produsen tahu bahwa tingkat permintaan sangat tinggi dan hukum ekonomi konvensional mengatakan bahwa hal tersebut idealnya diiringi dengan penaikan tingkat penawaran.Â