Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Perang Dagang, Berkah atau Bencana?

25 April 2018   10:57 Diperbarui: 17 Juli 2018   07:26 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi perdagangan internasional, Indonesia tidak perlu khawatir akan adanya perang dagang. Pengenaan tarif baja dan aluminum dari AS dan Tiongkok tidak berdampak langsung terhadap Indonesia. Hal ini dikarenakan proporsi perdagangan baja dan aluminum Indonesia relatif kecil. Total nilai impor besi dan baja Indonesia terhadap total impor hanya 5,5 persen. Sedangkan total nilai ekspor besi dan baja Indonesia terhadap total ekspor hanya 0,02 persen. 

Namun, pemerintah Indonesia perlu mewaspadai jika pengenaan tarif tersebut merambat ke sektor lain. Seperti Uni Eropa yang berencana melarang impor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dari negara Asia termasuk Indonesia. Wacana tersebut semakin memanas bersamaan dengan AS yang menabuh genderang perang dagang dengan Tiongkok. Ekspor CPO Indonesia merupakan komoditas ekspor dengan nilai tertinggi sebesar 14 milyar USD. Larangan impor CPO oleh Uni Eropa dikhawatirkan akan mengganggu kinerja ekspor dari Indonesia.

Celah dalam Perang Dagang

Perang dagang justru bisa dijadikan momentum pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke pasar non-tradisional. Indonesia perlu memperhatikan ekspor ke negara non-tradisional seperti Bangladesh, Filipina, Mesir, Pakisan, Rusia, Vietnam, atau negara lainnya yang perekonomiannya sedang tumbuh. Negara  tradisional seperti seperti AS, Jepang, dan Uni Eropa yang perekonomiannya melambat akan menjadi hambatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspornya.

UN-Comtrade
UN-Comtrade
Antara tahun 2013 hingga 2017, nilai ekspor Indonesia ke sejumlah negara non-tradisional mengalami tren yang positif (lihat grafik 1). Fakta menarik adalah 2 negara yang menjadi sasaran ekspor Indonesia merupakan Filipina dan Vietnam yang juga tergabung dalam ASEAN Economic Community. Maka, Indonesia perlu mengoptimalkan kerjasama regional untuk menggenjot ekspornya.

"Lampu Kuning" di Pasar Keuangan

Jika perang dagang memberi peluang baru terhadap sektor perdagangan internasional Indonesia, dampak negatif perang dagang justru muncul di sektor keuangan. Pertama, perang dagang yang menguatkan ekonomi domestik AS menyebabkan The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunganya. Implikasinya, investasi di AS jauh lebih menarik dibandingkan di Indonesia. Pada kuartal 4 2017, kinerja investasi Indonesia menurun seiring dengan semakin kuatnya indikasi  naiknya suku bunga The Fed hingga 4 kali di tahun 2018 (lihat grafik 2)

bank indonesia
bank indonesia
Pengumuman tarif impor oleh AS pada 1 Maret 2018 juga berdampak pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar (lihat grafik 3). IHSG yang sempat menembus rekor di kisaran 6.600, namun turun cukup tajam menjadi 6.188 di akhir Maret 2018. Demikian pula dengan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang pada akhir Maret menembus 13.756. 

Bahkan, rupiah sempat menembus 13.804 pada 20 April 2018. Meskipun dampak ini diperkirakan hanya ada dalam jangka pendek, pemerintah perlu tetap mencari respon kebijakan yang tepat jika tidak ingin kondisi semakin memburuk.

bank indonesia
bank indonesia
Epilog

Terlepas dari kontroversi perang dagang, kita harus tetap bersikap adil dan mengedepankan rasionalitas dalam menyikapi. Kemuculan perang dagang sekiranya tidak dapat dihindari. Alasannya adalah defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok yang kian memburuk --terlepas dari faktor politik ataupun lainnya. Indonesia dalam hal ini merasakan beberapa dampak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun