Pada tahun 1968, Milton Friedman mengkritik jika korelasi negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi hanya dapat terjadi jika pelaku pasar tidak berekspektasi terhadap tingkat inflasi. Adapun jika hubungan tersebut benar terjadi, hal itu hanya sementara. Mekanisme pasar pada jangka panjang akan menghilangkan fenomena tersebut. Kritik lain datang dari Paul Craig Roberts yang mempertanyaan keberadaan empiris dari kurva Phillips. Roberts bahkan berargumentasi jika kurva Phillips layaknya sebuah unicorn di mana banyak orang mempercayainya, namun tidak ada yang berhasil menemukannya.
Gambar 4. Grafik Hubungan Laju Inflasi dan Tingkat Pengangguran Amerika Serikat dan Malaysia (1980-2016)
Kegagalan kurva Phillips dikarenakan adanya asumsi yang tidak relevan. Pertama, daya tawar dari para pekerja menurun. Pada masa kurva Phillips diuji, Â pengusaha belum memiliki teknologi canggih sehingga perusahaan sangat bergantung pada pekerja.Â
Pada tingkat pengangguran yang rendah, para pekerja memiliki daya tawar lebih untuk meminta kenaikan upah. Kenaikan upah tersebut pada akhirnya mendorong terjadinya inflasi. Di masa ini, perusahaan sudah memiliki teknologi canggih sehingga daya tawar pekerja tidak lagi besar. Â
Kedua, para pelaku pasar sekarang cenderung memiliki ekspektasi terhadap tingkat inflasi (Friedman, 1968; Blanchard, 2017). Hal ini dikarenakan pelaku pasar cenderung menyesuaikan diri terhadap target inflasi yang ditetapkan oleh bank sentral (Insukindro & Sahadewo, 2010). Adanya ekspektasi akan tingkat inflasi mendatang memang memungkinkan terjadinya kurva Phillips dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, pengusaha akan menyesuaikan upah nominal para pekerjanya sehingga menghilangkan kurva Phillips.
Meski begitu, keberadaan empiris dari kurva Phillips masih misterius. Berdasarkan pengamatan pada beberapa negara maju dan berkembang, kurva Phillips masih dapat ditemui. Keberadaan kurva Phillips, ditandai dengan koefisien korelasi negatif, masih ditemui di sejumlah negara seperti Argentina, Jerman, Jepang, Malaysia, dan Spanyol. Fenomena ini seakan menolak anggapan jika kurva Phillips sudah mati.
Tabel 1. Kurva Phillips di Beberapa Negara Maju dan Berkembang
Â
Kurva Phillips memiliki peranan penting karena sering dijadikan pemerintah sebagai landasan pengambilan kebijakan. Seiring perkembangan zaman, relevansi kurva Phillips perlu dipertanyakan kembali agar pemerintah tidak mengambil kebijakan yang salah. Kegagalan kurva Phillips terjadi karena 2 asumsi yang gagal. Pertama, turunnya daya tawar pekerja dan ekspektasi inflasi oleh pelaku pasar. Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Indonesia, Â Korea Selatan dan Vietnam adalah contoh negara yang tidak ditemukan bukti adanya kurva Phillips. Kedua, para pelaku pasar saat ini cenderung memiliki ekspektasi terhadap tingkat inflasi. Meski begitu, kurva Phillips justru masih dapat ditemukan di beberapa negara. Ke depannya, diperlukan studi lebih lanjut mengenai keberadaan dari kurva Phillips. Yang jelas, kurva Phillips belum sepenuhnya mati.
Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com
Daftar Pustaka
Blanchard, Olivier. (2017). Macroeconomics, 7th Edition. Pearson Education